Seoul, Korea Selatan (ANTARA News) - Sekjen PBB Ban Ki-moon akan mengunjungi Korea Utara dan menjadi pemimpin pertama organisasi dunia tersebut yang menginjakkan kakinya di negara tertutup itu dalam lebih dari 20 tahun terakhir, kata kantor berita Korea Selatan, Yonhap.

Mengutip sumber tingkat tinggi PBB yang tidak disebutkan namanya, Yonhap mengatakan bahwa Ban, yang berasal dari Korsel, akan mengunjungi Pyongyang dalam kapasitas resminya sebagai Sekjen PBB pada pekan ini meskipun tidak memberikan waktu pasti kunjungannya.

Menurut AFP, kantor juru bicara PBB di New York menolak untuk memberikan komentar terkait kunjungan tersebut, sementara itu Kementerian Luar Negeri Korea Selatan dan Kantor Kepresidenan Gedung Biru mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui kunjungan tersebut.

Sumber PBB mengatakan kepada Yonhap bahwa jika Ban hampir pasti untuk bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un --sebuah pertemuan yang jika terwujud, akan menandai pembukaan diplomatis yang besar bagi Pyongyang.

Sejak mengambil alih kekuasaan setelah wafatnya ayahnya, Kim Jong-Il pada 2011, Kim Jong-Un belum menerima satupun pemimpin negara lain, dan belum berkunjung ke luar negeri.

Pemimpin muda tersebut telah menerima beberapa pejabat tinggi Tiongkok di Pyongyang, namun warga asing yang paling menonjol yang pernah ditemuinya dalam empat tahun terakhir adalah mantan pebasket NBA Dennis Rodman.


Rencana sebelumnya dibatalkan

"Tidak ada situasi dimana Sekjen PBB mengunjungi Korea Utara dan tidak bertemu dengan pemimpin negara anggota PBB tersebut," ujar sumber PBB tersebut.

Ban telah merencanakan kunjungan ke Korea Utara pada Mei tahun ini, ketika Pyongyang mengundangnya untuk mengunjungi Zona Industri Kaesong yang merupakan proyek gabungan Korea Utara dan Selatan yang berada di sekitar perbatasan Korea.

Pyongyang membatalkan undangan tersebut pada menit terakhir setelah Ban mengkritik uji misil terbaru Korea Utara.

Terdapat kekhawatiran bahwa Korea Utara saat ini sedang mempersiapkan uji misil lainnya, dengan kementerian pertahanan Korea Selatan mengkonfirmasi bahwa Pyongyang mengeluarkan perintah pelarangan pelayaran di bagian pantai timurnya hingga 7 Desember.

Dua Sekjen PBB yang telah mengunjungi Korea Utara di masa lalu adalah Kurt Waldheim pada 1979 dan pada 1993 Boutros Boutros-Ghali yang menemui Kim Il-Sung untuk mendiskusikan ketegangan atas ambisi nuklir Pyongyang.

Para pengamat mengatakan Korea Utara akan memanfaatkan kunjungan tersebut untuk menandai keinginan mereka untuk ikut bergabung dengan komunitas internasional pada saat mereka diserang atas program senjata nuklir dan catatan hak asasinya.

"Pyongyang juga akan mencoba beralasan bahwa Amerika Serikat dan Korea Selatan berada dibalik ketegangan terbaru dalam hubungan antar Korea, dan bahwa Korea Utara selama ini terbuka untuk berdialog. Saya rasa Kim akan menemuinya secara pribadi untuk membicarakan apa yang dia sebut sebagai pencapaiannya pada ekonomi Korea Utara," ujar Hong Hyun-Ik, seorang pengamat dari Institut Sejong.



Pertumbuhan tertutup

Undangan Korea Utara tersebut mungkin juga disebabkan oleh perubahan diplomatis di wilayah itu yang membuat Korea Utara terlihat lebih tertutup, dengan Seoul mendekati Tiongkok yang merupakan sekutu diplomatis dan ekonomi Pyongyang, dan meningkatkan hubungan dengan Tokyo.

Pada awal tahun ini, pemimpin Korea Selatan, Tiongkok dan Jepang mengadakan pertemuan pertama mereka sejak lebih dari tiga tahun lalu di Seoul.

Meskipun berfokus pada perdagangan dan isu ekonomi lainnya, ketiganya mendeklarasikan oposisi mereka kepada pembangunan senjata nuklir Korea Utara di semenanjung Korea Utara.

Kunjungan tersebut bukanlah yang pertama kalinya bagi Ban, dirinya telah menyeberang ke Korea Utara untuk mengunjungi zona industri gabungan Kaesong pada 2006 ketika dirinya menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Korea Selatan.

(Ian/KR-MBR/G003)

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015