Pemerintah, BUMN dan sektor swasta, khususnya industri galangan kapal dan manufaktur perlu bersama-sama memetakan kapabilitas dalam pembangunan proyek Masela sesuai dengan aspek lokal konten,"
Surabaya (ANTARA News) - Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya dalam konsorsium maritim "focus group discussion" (FGD) tentang teknologi pengelolaan sumber daya minyak dan gas di laut dalam, menjelaskan bahwa semua pihak harus memetakan kapabilitas dalam pembangunan proyek Masela.

"Pemerintah, BUMN dan sektor swasta, khususnya industri galangan kapal dan manufaktur perlu bersama-sama memetakan kapabilitas dalam pembangunan proyek Masela sesuai dengan aspek lokal konten," kata Wakil Rektor IV ITS, Prof. Dr. Ketut Buda Artana,ST,M,Sc di ITS Surabaya, Senin.

Ia mengatakan, mengingat "Floating Liquefied Natural Gas" (FLNG) yang terpusat pada bangunan apung (hull structure dan top side facilities) yang membutuhkan teknologi tinggi, maka diyakini bahwa onshore penanaman LNG memungkinkan bisa dinilai memuat lokal konten, apabila dibandingkan dengan FLNG.

"Meskipun sesuai lokal konten, LNG memang dinilai yang paling unggul apabila dibanding FLNG, namun demikian nilai kandungan lokal pada FLNG maupun pada onshore LNG perlu dihitung dengan tepat, untuk memastikan dan memungkinkan industri dalam negeri lebih banyak terlibat pada proyek tersebut," paparnya.

Menurut dia, Lokal konten ini diarahkan untuk mendorong pembangunan galangan kapal di Indonesia, karena Indonesia merupakan negara maritim.

Di sisi lain, lanjutnya Indonesia harus memperkuat fasilitas pembuatan kapal untuk membangun galangan kapal Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah melakukan pembicaraan dengan operator Blok Masela yaitu Inpex Corporation.

"Inpex Corporation memang tengah membahas rencana pengembangan fasilitas pengolahan gas alam cair terapung (FLNG) di kawasan Blok Masela yang dijadikan contoh proses penyaluran penggunaan pipa ke pulau terdekat, yakni Kepulauan Aru sejauh 600 kilometer," terangnya.

Menurut dia, pada dua pekan lalu Inpex telah mengajukan proposal FLNG ke SKK Migas berkapasitas 7,5 million ton per annum (MTPA), namun pilihan ini harus dibahas secara teliti dan komprehensif supaya menguntungkan Indonesia.

"Kami tidak mengetahui tentang perhitungan mengenai investasi pembangunan fasilitas pengolahan LNG darat atau Land Based LNG, namun LNG darat dinilai jauh lebih murah dari pada membangun fasilitas FLNG di Blok Masela," tandasnya.

Apabila biaya untuk membangun FLNG, ia menambahkan bisa menghabiskan dana sebesar 19,3 miliar dolar AS, maka pemerintah akan menghitung kebutuhan pendanaan untuk membangun Land Based LNG hanya sekitar 14,6 miliar dolar AS sampai 15 miliar dolar AS.

Pewarta: Indra Setiawan/Laily Widya Arishandi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015