Jakarta (ANTARA News) - Dua hari terakhir ini Prancis secara simultan membom ibu kota ISIS, Raqa, di Suriah, namun menurut seorang aktivis media di Raqa target-target yang dibom Prancis itu sesungguhnya pangkalan-pangkalan ISIS yang sudah kosong baik dari warga sipil maupun militan ISIS.

"Itu dua malam yang gila. Pos-pos ISIS yang sudah ditinggalkan menjadi target di pintu masuk kota, bersama dengan pos-pos pemeriksaan ISIS dan sejuamlah titik lainnya. Listrik dan air sudah lama mati karena jalur pasokan memang sudah terputus," kata aktivis media yang meminta namanya tidak diungkapkan kepada stasiun televisi Aljazeera.

"Kami bisa memastikan bahwa tidak ada warga sipil yang terbunuh atau terluka akibat serangan Prancis itu," sambung dia

Menurut aktivis ini serangan udara yang dilancarkan Rusia adalah yang paling menimbulkan kerusakan di Raqa.

"Pekan lalu, serangan udara Rusia telah menghancurkan salah satu jembatan utama di kota ini, selain juga rumah sakit nasional. Kebanyakan rumah sakit di Raqa sudah hancur," sambung dia.

Aktivis media ini juga heran dengan tingkah negara-negara yang membom Raqa.

"Jika negara-negara itu ingin membom jantung pertahanan ISIS, mereka sebenarnya sangat bisa melakukannya. Tapi mereka tetap tidak menyasar basis-basis paling penting kelompok itu," kata dia.

"Ini yang tidak kami mengerti. Sasaran-sasaran yang dibom pesawat tempur Prancis kebanyakan sudah ditinggalkan petempur-petempur ISIS."

Dia melanjutkan, "AS, Rusia dan Prancis semua membom Suriah. Berapa banyak lagi negara yang ingin membom kami?"

"Raqa sudah porak poranda. Raqa sudah menderita dan kami hidup dalam ketakutan di bawah kediktatoran ISIS," kata dia seperti dikutip Aljazeera.

Observatorium HAM Suriah yang berbasis di Inggris mengatakan para aktivis mengaku mendengar berbagai ledakan di Raqqa akibat serangan udara dan mereka mengatakan tidak ada korban sipil akibat serangan itu.



Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015