Brussels/Paris (ANTARA News) - Prancis dan Rusia membom beberapa sasaran di ibu kota ISIS, Raqa, di Suriah utara, sebagai hukuman atas pembantaian terkoordinasi ke Paris Jumat pekan lalu dan penjatuhan pesawat Rusia di Semenanjung Sinai 31 Oktorber silam yang keduanya diakui dilakukan ISIS.

Bomber-bomber jarak jauh dan peluru kendali Rusia menerjang posisi-posisi ISIS, termasuk di Raqa, Selasa waktu setempat, pada hari yang sama pesawat tempur-pesawat tempur Prancis melancarkan pemboman ketiga ke Raqa.

Paris dan Moskow memang tidak berkoordinasi melancarkan serangan itu, namun Presiden Prancis Francois Hollande telah menyerukan kampanye global melawan para radikal menyusul serangan teror di Paris.

Sedangkan Presiden Rusia Vladimir Putin bersumpah akan memburu siapa pun yang bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat Metrojet di Sinai dan terus mengintensifkan serangan ke pihak militan di Suriah yang tidak hanya membidik ISIS.

Kremlin mengungkapkan bahwa Putin telah berbicara kepada Hollande melalui telepon dan telah memerintahkan angkatan laut Rusia untuk menjalin kontak dengan armada angkatan laut Prancis yang tengah menuju Laut Tengah yang dipimpin sebuah kapal induk. Rusia memperlakukan Prancis sebagai sekutunya.

"Kita perlu membuat rancangan bersama dengan mereka untuk aksi gabungan laut dan udara," kata Putin kepada para panglima militernya.

"Mungkin saat ini koalisi besar bersama Rusia dimungkinkan," kata Menteri Pertahanan Prancis Jean-Yves Le Drian kepada saluran televisi TF1 Selasa malam.

Hollande akan mengunjungi Putin 26 November nanti atau dua hari setelah bertemu dengan Presiden AS Barack Obama di Washington untuk membahas cara membumihanguskan ISIS.

Seorang sumber kepresidenan Prancis mengatakan bahwa Hollande juga telah berbicara via telepon dengan Presiden Iran Hassan Rouhani yang telah menyerukan front bersatu melawan ISIS.

DiBrussels, Le Drian meminta klaus bantuan Uni Eropa untuk pertama kali sejak Pakta Lisbon 2009 dikenalkan, dengan mengatakan dia mengharapkan dukungan Eropa kepada operasi Prancis di Suriah, Irak dan Afrika.

Ke-28 anggota Uni Eropa menyanggupi permintaan Prancis ini namun tidak menjelaskan bentuk bantuan mereka, demikian Reuters.



Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015