Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli meyakini sejumlah instrumen dalam paket kebijakan ekonomi akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang agresif, bahkan diperkirakan bisa mencapai 6,0 persen pada 2016.

Dalam paparannya di CORE Economic Outlook 2016, Jakarta, Rabu, Rizal menyoroti dua kebijakan pemerintah yang dinilainya akan menjadi pendorong utama pertumbuhan, yakni revaluasi aset perusahaan dan penghapusan pajak berganda Kontrak Investasi Kolektif dari Dana Investasi Real Estate (Real Estate Investment Trusts/REIT).

"Dengan revaluasi aset, funding (pendanaan) perusahaan untuk ekspansi akan naik. Imbasnya terbukanya lapangan kerja dan peningkatan produksi," kata Rizal.

"Maka itu, saya pikir kita 2016 bisa saja tumbuh hingga enam persen. Target kita dua tahun mendatang, pertumbuhan kita bisa menyusul India dan Filipina," tambah dia.

Rizal optimistis insentif pengurangan pajak penghasilan hasil revaluasi aset akan menarik BUMN dan perusahaan swasta untuk mengkaji kembali nilai asetnya, yang memungkingkan peningkatan kapasitas permodalan.

Dengan peningkatan kapasitas permodalan dunia usaha itu, kata Rizal, konsumsi swasta akan melejit dan menopang pertumbuhan. Targetnya daya beli masyarakat akan meningkat akibat produktivitas yang pulih.

"Makanya aneh atau kurang cerdas menurut saya kalau swasta tidak tertarik dengan revaluasi aset, kan pajak hasil revaluasinya sudah kita kurangi," kata dia.

Pemerintah memang telah mengurangi tarif khusus pajak penghasilan (PPh) final revaluasi menjadi sekitar 3-6 persen tergantung waktu penerapan revaluasi. Sebelum insentif PPh tersebut, tarif pajak revaluasi bisa berkisar 10-30 persen. Hal itu pula yang membuat swasta dan BUMN enggan melakukan revaluasi aset.

Kebijakan lainnya, kata Rizal, yang akan mendongkrak pertumbuhan adalah penghapusan pajak berganda Dana Investasi Real Estate (Real Estate Investment Trusts/REIT). Menurutnya, kebijakan ini akan memacu pertumbuhan sektor properti dan menimbulkan efek berlipat bagi daya beli masyarakat.

Di samping dua kebijakan yang keluar di paket ekonomi kelima itu, Rizal juga meyakni, imbas deregulasi kawasan industri akan segera terasa. Pemangkasan perizinan di kawasan industri, menurutnya akan menggenjot investasi manufaktur, sehingga mampu membuka lapangan pekerjaan.

"Dan jangan lupa di 2016, kita akan sangat andalkan parawisata untuk menopang pertumbuhan. Kita sudah keluarkan banyak kebijakan yang intinya pariwisata akan menjadi penyumbang devisa terbesar kita," kata dia.

Dalam APBN 2016, pemerintah memasang asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen (yoy). Sementara untuk tahun ini, pemerintah masih berupaya keras untuk mengangkat pertumbuhan hingga melebihi 5,0 persen, setelah di triwulan ketiga, pertumbuhan sebesar 4,73 persen.

Berkaca pada realisasi pertumbuhan ekonomi tahun ini, Rizal mengakui pemerintahan di bawah Presiden Joko Widodo mendapat banyak tantangan setelah transisi pemerintahan dari Presiden sebelumnya. Dia menekankan, bahwa pemerintah harus berupaya keras untuk memperbaiki defisit anggaran dan defisit transaski berjalan, dengan mereformasi struktur perekonomian.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015