Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara meyakini neraca pembayaran Indonesia pada 2016 akan kembali surplus, setelah tahun 2015 ini diperkirakan defisit 5-6 miliar dolar AS.

Pada sebuah paparan ekonomi dan pasar modal 2016 di Jakarta, Kamis, Mirza menjelaskan defisit neraca pembayaran tahun ini dipicu masih defisitnya aliran ekspor dan impor barang/jasa, serta arus dana keluar yang lebih banyak dibanding arus dana masuk.

"Krena orang jual portfolionya, saham, obligasinya, sehingga keseluruhan balance of payment memang defisit tahun ini, antara 5-6 miliar dolar AS," kata Mirza dalam paparan yang digelar Aberdeen Asset Management.

Meskipun demikian, dengan perbaikan struktural perekonomian yang sedang berjalan saat ini, Mirza meyakini neraca pembayaran, yang mencakup neraca transaksi berjalan dan neraca transaksi finansial, akan mencatat surplus seperti pada 2014, dimana saat itu surplus tercatat 15 miliar dolar AS.

Mirza mengatakan perbaikan neraca pembayaran itu akan melengkapi tren positif perekonomian pada 2016, setelah ketidakpastian akibat bunga The Fed berakhir, dan imbas positif dari berbagai paket kebijakan pemerintah.

"Ketidakpastian Fed sudah akan lewat, neraca transaksi berjalan membaik, inflasi membaik, neraca pembayaran akan kembali surplus tahun 2016, karena paket pemerintah ini juga luar biasa," jelasnya.

Mirza memberi sinyal setelah transaksi berjalan membaik, laju inflasi juga akan semakin terkendali. Dengan begitu peluang otoritas moneter untuk menurunkan suku bunga acuan (BI rate) juga terbuka lebar.

Jika merujuk data BI hingga triwulan ketiga 2015, transaksi berjalan dalam neraca pembayaran mencatat defisit sebesar 4 miliar dolar AS.

Sedangkan neraca transaksi finansial, meskipun mencatat surplus 1,2 miliar dolar AS, namun pencapaiannya jauh menurun dibanding triwulan II 2015 yang sebesar 2,2 miliar dolar AS, dan triwulan III 2014 sebesar 14,7 miliar dolar AS.

Penurunan surplus tersebut karena defisit pada investasi portofolio dan menurunnya surplus investasi langsung.

"Surplus itu tidak tidak dapat sepenuhnya membiayai defisit transaksi berjalan sehingga overall balance NPI triwulan III 2015 defisit 4,6 miliar dolar AS," demikian laporan BI pada 13 November 2015.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015