Paris (ANTARA News) - Di antara banyak misteri yang menyelimuti serangan teror di Paris, yang paling menjadi teka teki adalah nasib dan peran Salah Abdeslam yang sekarang buron internasional sejak pembantaian Paris itu.

Dia dan kakaknya Brahim memainkan peran logistik penting dalam gelombang serangan teror yang merenggut 130 nyawa dan melukai ratusan lainnya itu dengan menyewakan mobil dan ruang hotel di mana para tersangka teror bersembunyi.

Brahim, seperti lima pelaku lainnya, meledakkan diri setelah pertumpahan darah itu. Pelaku ketujuh ditembak mati polisi.

Tapi Salah tidak mati. Sebaliknya disusupkan ke Belgia oleh dua pria lainnya yang sudah ditahan dan kini menghadapi dakwaan.

Salah satu pertanyaan besar adalah apa peran pasti pria berusia 26 tahun kelahiran Belgia yang bersama kakaknya mengoperasikan sebuah bar di Brussels dalam gelombang serangan teror itu.

Pada malam pembantaian itu terjadi, para ekstremis ini tiba dari Belgia dengan konvoi tiga mobil. Ini adalah kesimpulan para penyidik setelah mempelajari rekaman CCTV, peta GPS dan pemeriksaan telepon.

Para penyidik awalnya mengira Salah bagian dari "tim komando" yang dikirim dari timur Paris untuk menembaki kafe-kafe dan bar-bar, ketika penyerang lainnya membantai 89 orang di balai konser Bataclan.

Tim lainnya meledakkan diri di luar Stadion Stade de France di mana Presiden Francois Hollande menyaksikan pertandingan persahabatan Prancis melawan Jerman.

Tapi ada beberapa hal yang tidak terungkap.

Ketika ISIS menyiarkan pengakuan bertanggung jawab mereka, pernyataan mereka merujuk serangan terhadap stadion itu merujuk serangan ke stadion itu, distrik 10 dan 11 Paris, serta juga distrik 18 di mana tak ada serangan di sini.

Namun empat hari kemudian polisi menemukan sebuah Renault Clio hitam sewaan atas nama Salah, yang diparkir di samping pedestrian distrik ke-18.

Mobil satunya lagi ditemukan di luar Bataclan, dan yang ketiga ditemukan di Montreuil, daerah pinggiran timur Paris.

Ketiga penyerang Bataclan mati dan kendaraan yang ditemukan di Montreuil diyakini telah digunakan oleh dalang serangan Abdelhamid Abaaoud yang sempat terlihat di sebuah stasiun metro terdekat.

Para penyidik kini meyakini Salah mengendarai Renault Clio, kemungkinan menurunkan tiga pembom bunuh diri di Stade de France.

Diakah yang seharusnya menyerang distrik ke-18?

Laman berita Obs melaporkan bahwa dua orang yang ditahan di Belgia mengaku mereka mendapati Salah dalam keadaan terguncang sembari mengenakan rompi bom bunuh diri ketika kedua orang menyelundupkan dia ke Belgia.

Apakah Salah mundur?

Salah sempat dihentikan untuk pemeriksaan lalu lintas rutin saat perjalanan kembali ke Belgia oleh polisi yang tidak menyadari dia sebenarnya orang yang tengah dicari pihak berwajib.

Mohammed Amri (27) dan Hamza Attou (20) yang sempat bersama Salah telah terlacak polisi dan kemudian ditahan. Mereka berdua mengaku kepada penyidik telah menurunkan Salah di Brussels.

Pengacara Attou berkata kepada stasiun televisi LCI bahwa kliennya "ketakutan sekali" sewaktu dalam perjalanan ke Belgia itu.

"Klien saya menyebut-nyebut sebuah rompi besar, mungkin rompi bahan peledak atau semacam itu," kata pengacara Carine Couquelet.

"Banyak lagi kemungkinan teori-teori lainnya: apakah (Salah) pendukung logistik, apakah dia seharusnya meledakkan diri juga? Apakah dia tidak berani melakukannya? Kami tak tahu."

Sebuah foto Salah bermata cokelat dengan muka lonjong dengan rambut tertata rapi telah disebarluaskan polisi.

Salah dan kakaknya Brahim dikenal sebagai "peminum dan perokok berat" oleh teman-teman yang mengenal mereka dari bar yang mereka usahakan di Brussels yang sudah ditutup pihak berwajib beberapa pekan lalu.

Mereka berdua besar di bagian kota Brussels yang miskin bernama Molenbeek, yang dikenal sebagai sarang ekstremis islamis di Eropa.

Keduanya dikaitkan dengan Abaaoud yang asli Molenbeek yang menjadi tersangka pemimpin komplotan dan terbunuh dalam penggerebekan besar polisi pekan ini.

Salah ditangkap bersama Abaaoud atas tudingan perampokan sekitar 2011.

"Kami dapat mengasumsikan bahwa Abaaoud telah mengajari dia taqiyya --berbohong demi Tuhan-- untuk mengelabui petugas keamanan dan intelijen," kata Mathieu Guidere, pakar terorisme Prancis.

Dengan siasat ini, yang tercantum dalam manual yang dipublikasikan ISIS di Suriah dan Irak, para calon "syuhada" dibolehkan menghisap narkoba atau menistakan agama demi menyembunyikan keyakinan sebenarnya mereka dari endusan pihak berwajib.

Brahim pernah berusaha pergi ke Suriah Januari tahun ini namun dihentikan di perbatasan Turki, sedangkan Salah diduga pernah menghabiskan waktu di Suriah, demikian AFP.

  

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015