Surabaya (ANTARA News) - Pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Whisnu Sakti Buana mengubah metode kampanye pengerahan massa atau kampaye akber dengan blusukan menyapa warga secara langsung.

"Ada komunikasi dua arah di sini. Tapi jika kita menggelar kampanye akbar. Selain terkesan hura-hura, yang kita dapat hanya janji-janji kampanye. Saat berdialog dengan warga itulah, pihaknya akan tahu keluhan warga secara langsung," kata Cawawali Surabaya Whisnu Sakti Buana di Surabaya, Minggu.

Cawawali yang juga Ketua DPC PDIP Kota Surabaya ini juga mengatakan, mulai Sabtu (21/11) malam hingga Minggu adalah momentum penting sepanjang masa kampanye digelar sejak 28 Oktober lalu.

"Kampanye akan selesai pada 5 Desember mendatang. KPU memberi jatah pada kami untuk menggelar kampanye akbar Minggu (22/11). Tapi kita sepakat tidak mengambil kesempatan kampanye akbar itu," ujarnya.

Jubir Tim Pemenangan Risma-Whisnu Didik Prasetiyono mengatakan model kampanye akbar tidak lagi efektif di era sekarang untuk mendengarkan suara rakyat. Selain bersifat hiruk-pikuk, gaduh, dan membuang banyak dana, kampanye mengumpulkan massa juga hanya bersifat satu arah yakni mendengarkan suara lantang para juru kampanye.

Sedang massa hanya menjadi penonton dan pendengar. "Metode lama itulah yang dibalik oleh pasangan Risma-Whisnu, di mana keduanya berinisiatif mendatangi warga, menyapa, dan lebih penting lagi mendengarkan suara rakyat," kata Didik.

Terkait hal ini, Tim Pemenangan Risma-Whisnu telah mengirim surat resmi kepada KPU, Panwas dan Polrestabes tentang tidak diambilnya kesempatan kampanye akbar pada Minggu ini. Sehingga seluruh kekuatan keamanan dan Panwas Pilkada di Kota Surabaya tidak perlu mengonsentrasikan diri untuk menangani hiruk-pikuk massa.

Sebagai ganti dari tidak diambilnya kampanye akbar itu, tambah Didik, Tim Pemenangan Risma-Whisnu telah menyiapkan 30 agenda pertemuan di berbagai lokasi di Kota Surabaya. Agenda blusukan itu dimulai Sabtu hari ini hingga Minggu pagi sampai malam.

Dengan model kampanye tersebut, kata dia, menjadi semakin nyata bahwa Risma-Whisnu menjadi milik warga Kota Surabaya.

"Hal ini juga membuat kedua calon pemimpin Kota Surabaya ini semakin terampil mendengarkan suara warga, dan memecahkan secara taktis dan teknis setiap persoalan rakyat yang dijumpai di lapangan," katanya.

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015