Nairobi (ANTARA News) - Sedikitnya empat orang tewas dan beberapa orang lainnya, termasuk polisi, terluka dalam bentrokan terbaru setelah berbulan-bulan kerusuhan di ibu kota negara Burundi yang bergolak, kata polisi pada Minggu.

Tembakan keras dan ledakan granat terdengar pada Sabtu malam sementara empat mayat ditemukan di jalanan pada Minggu pagi. Penduduk mengatakan bentrokan senjata berlangsung selama kurang lebih dua jam, lapor AFP.

Kekerasan merebak di Burundi sejak April setelah Presiden Pierre Nkurunziza berhasil mencalonkan diri dalam meneruskan jabatan untuk periode ketiga kalinya, meskipun ada kekhawatiran terkait keabsahan langkah tersebut.

Sedikit-dikitnya 240 orang terbunuh dan lebih dari 200 ribu orang pergi mengungsikan diri dari negara itu sejak kerusuhan terjadi.

Wakil juru bicara kepolisian Moses Nkurunziza menyatakan kekerasan meletus saat petugas mencoba menangkap sekelompok pemuda yang diduga sedang mempersiapkan serangan granat.

"Tiga anggota kepolisian dan dua warga sipil juga terluka," kata dia.

Pemerintah menyalahkan para penjahat bersenjata atas serangan tersebut, namun Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memperingatkan bahwa Burundi berisiko kembali ke perang saudara setelah meningkatnya kekerasan secara dramatis.

Minggu ini, pemberontak mengaku bertanggung jawab atas serangan mortir yang gagal di Istana Presiden Burundi, sebuah upaya yang baru pertama kali dilakukan, meskipun polisi membantah laporan tersebut.

Dua granat, yang dilaporkan ditembakkan dari perbukitan dan meledak beberapa ratus meter di dekat kompleks istana, menggemakan kembali serangan yang pernah terjadi selama perang saudara 1993-2006. Tidak ada korban dalam peristiwa tersebut.
(Uu.Y013/T008)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015