Kalau santri tidak suka humor, maka dipertanyakan kesantriannya,"
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mempertanyakan kualitas santri yang tidak menggemari humor dalam keseharian hidupnya.

"Kalau santri tidak suka humor, maka dipertanyakan kesantriannya," kata Lukman di acara Pameran dan Sarasehan Kartun Santri Nusantara di Galeri Nasional, Jakarta, Selasa malam.

Menurut Lukman, sifat humoris merupakan salah satu ciri santri moderat yang tidak eksklusif. Namun demikian, humoris bagi santri bukanlah berupa lawakan asal bunyi, melainkan candaan yang mengkritisi suatu fenomena atau permasalahan. Kritikan bisa disampaikan kepada unsur pemerintah ataupun masyarakat sekitar.

Maka dari itu, Lukman mengatakan pameran kartun yang diadakan oleh Kemenag merupakan upaya untuk mengakomodir humor cerdas lewat karya. Dengan kata lain, humor bukan selalu lewat lisan tetapi juga lewat kartun.

Lebih jauh, lanjut dia, humor dalam beberapa kondisi dapat menyampaikan pesan-pesan kebaikan secara santun, bukan dengan cara-cara radikal.

Lukman berharap kejadian berdarah yang menimpa para kartunis Charlie Hebdo di Prancis tidak akan terjadi di Indonesia seiring perkembangan kreativitas kartun di Tanah Air.

Sebagaimana diberitakan, insiden berdarah Charlie Hebdo dituding banyak pihak terjadi karena adanya penggunaan hak kebebasan berekspresi yang berlebihan. Dalam sudut pandang itu, Lukman tidak ingin hal itu terjadi. Sebaliknya, kartunis di Indonesia diharapkannya mampu menguatkan toleransi dan membawa kebaikan.

Humor, kata Lukman, juga dapat menjadi media untuk menyampaikan Islam yang ramah.

"Kenapa Islam yang santun? Ini karena mengindikasikan mulai muncul paham-paham mengatasnamakan Islam tapi disampaikan dengan cara-cara yang bertolak belakang dengan Islam seperti memaksakan kehendak, mentolerir kekerasan atau dengan cara yang lebih jauh menumpahkan darah umat manusia," katanya.

(A061/R010)

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015