Islam Rahmatan Lil Alamin akan menjadi kunci pembuka bagi perdamaian dunia di masa mendatang
Malang (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengemukakan Islam "Rahmatan Lil Alamin" (rahmat bagi alam semesta) bisa menjadi kunci terwujudnya kedamaian dunia, jika benar-benar diterapkan dan diserap dengan baik oleh masyarakat luas.

"Islam Rahmatan Lil Alamin akan menjadi kunci pembuka bagi perdamaian dunia di masa mendatang. Karena itu, saya berharap ajaran Islam yang Rahmatan Lil Alamin ini benar-benar diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari," kata Wapres.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengemukakan itu, ketika menutup "International Conference of Islamic Scholars" (ICIS) di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang, Jatim, Rabu.

Wapres menilai kericuhan yang terjadi di beberapa negara diakibatkan adanya rasa ketidakpuasan rakyat terhadap kinerja dan kebijakan pemimpinnya. Selain itu, adanya ancaman kekerasan dan konflik internal, sehingga menimbulkan kekecewaan dan kemarahan.

Akibat dari kericuhan dan konflik internal berkepanjangan itu, kata Wapres, akhirnya rakyatnya berhijrah dari negaranya sendiri untuk mencari negara yang lebih aman dan bisa memberikan perlindungan bagi dirinya dan keluarganya.

Belajar dari kondisi tersebut, ujarnya, ke depan rakyat harus bisa memilih pemimpin yang baik, yang memiliki bekal agama yang baik dan sesuai syariat agar tidak ada kesalahpahaman dalam mengartikan ajaran Islam sebelumnya. Kesalahpahaman itulah yang menimbulkan kelompok-kelompok teroris.

"Selain itu, pemimpin harus bisa bersifat terbuka, artinya setiap ada konflik di negerinya, pemimpin dapat menyelesaikan dengan cara berdiskusi dengan rakyatnya. Oleh karena itu, dengan adanya kegiatan ICIS ini, negara-negara di dunia terutama Indonesia dapat menciptakan perdamaian agar tidak ada lagi konflik yang mengancam penduduk dunia, seperti ancaman teroris seperti yang terjadi akhir-akhir ini," ucapnya.

Wapres juga berharap melalui konferensi internasional yang diadakan di UIN Maulana Malik Ibrahim ini bisa makin memantapkan ajaran Islam yang rahmatan lil alamin.

"Hal ini bisa dilakukan melalui beberapa hal, antara lain memilih pemimpin yang berkompeten dan adil, dan tidak otoriter. Dengan cara seperti itu, negara bisa menjaga keamanan sendiri karena saat ini Islam tengah banyak goncangan," tuturnya.

Pada kesempatan itu Wapres mencontohkan di Indonesia, dengan menganut sistem demokratis, semua masalah pasti bisa diselesaikan secara terbuka.

"Saya juga mengimbau kepada generasi muda agar tidak menyalurkan kemarahan secara berlebihan, sebab dengan marah berlebihan, apapun pasti dikorbankan," ucapnya.

Sementara itu Sekretaris Jenderal (Sekjen) ICIS KH Hasyim Muzadi dalam sambutan penutupan mengatakan moderasi memiliki makna secara komprehensif, bukan hanya moderasi di bidang akidah, tetapi juga syariah.

"Moderasi di bidang akidah adalah kita memiliki keyakinan yang kuat sekaligus mempunyai toleransi yang kuat antara agama dan pemikiran lainnya. Dan, toleransi ini menyangkut masalah pelaksanaan syariat. Di suatu negara harus secara perlahan dikondisikan sesuai dengan tingkat kemungkinan pelaksanaannya," paparnya.

ICIS diselenggarakan selama tiga hari mulai Senin-Rabu (23-25/11) di kampus UIN Maliki Malang dan diikuti oleh ulama, cendekia Muslim dari 34 negara.

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015