Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyatakan sektor manufaktur harus menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru di masa mendatang untuk menggantikan periode ekspor komoditas yang sudah berakhir.

"Kunci untuk bertahan di situasi perlambatan seperti ini adalah membangkitkan sektor manufaktur karena ini merupakan sumber pertumbuhan ekonomi ke depan," kata Menkeu dalam acara forum ekonomi di Jakarta, Kamis.

Menkeu menjelaskan Indonesia saat ini mengalami perlambatan ekonomi karena harga komoditas sedang berfluktuasi tajam dan permintaan dari negara tujuan ekspor ikut menurun, padahal dalam beberapa tahun terakhir, sektor ekspor menjadi pendukung utama pertumbuhan ekonomi.

"Era harga komoditas tinggi, ekspor bahan mentah serta investasi pada sektor perkebunan dan pertambangan sudah berakhir. Sudah jelas ada masalah sehingga kita kehilangan sumber pertumbuhan yang signifikan," katanya.

Untuk itu sumber pertumbuhan yang baru harus dicari, dan pemerintah sudah menerbitkan paket kebijakan ekonomi yang berdampak jangka pendek serta menengah panjang untuk mendorong kinerja sektor manufaktur.

"Kita harus memikirkan era baru dan tidak melupakan sumber pertumbuhan, agar tidak kalah bersaing dengan negara emerging lainnya. Saat ini bahkan Vietnam dan Filipina tumbuhnya spektakuler, maka kita harus mencari strategi baru," ujar Menkeu.

Dalam jangka pendek, lanjut dia, paket kebijakan ekonomi bertujuan untuk menjaga daya beli masyarakat, namun penerbitan paket dalam jangka menengah panjang bertujuan untuk penguatan investasi dan meningkatkan kinerja industri dalam negeri.

"Kita menawarkan deregulasi dan debirokratisasi, karena tanpa itu investor tidak akan masuk. Kita juga menawarkan insentif fiskal karena negara lain di ASEAN seperti Vietnam dan Filipina juga melakukan hal yang sama," ujarnya.

Dengan demikian, Menkeu mengharapkan dalam beberapa tahun kedepan, sektor manufaktur yang pondasinya berasal dari peningkatan investasi bisa menjadi andalan baru pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Sektor manufaktur memang hanya tumbuh 4,2 persen, tapi potensinya bisa mencapai 7 persen seperti di era 1990-1997. Ketika itu, pertumbuhan ekonomi didukung oleh manufaktur padat karya. Jadi lupakan bergantung pada harga komoditas seperti minyak, itu seperti menunggu kepastian terkait kebijakan suku bunga The Fed," katanya.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015