Jakarta (ANTARA News) - Jumlah industri pengolah hasil hortikultura di dalam negeri dinilai masih minim sehingga menjadi kendala untuk mengangkat nilai tambah komoditas pertanian tersebut.

Direktur Perbenihan Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian Sri Wijayanti di Jakarta, Kamis, mengatakan produk hortikultura seperti sayuran maupun buah-buahan memiliki sifat mudah rusak, akibatnya harganya mudah anjlok.

"Untuk mengantisipasi hal itu diperlukan upaya pengolahan agar memiliki nilai tambah terhadap produk hortikultura. Sehingga sangat penting adanya industri pengolahan terutama di sentra-sentra produksi," katanya dalam Rapat Kerja Nasional Asosiasi Petani-Pengolah Hasil Hortikultura (Aspperhorti).

Dia mencontohkan, beberapa hasil olahan komoditas hortikultura seperti cabe bubuk ataupun cabe kering diperlukan bagi industri makanan di dalam negeri. Untuk memenuhinya mereka mengimpor dari India maupun Tiongkok.

Selain itu, lanjutnya, industri minuman sari buah juga mendatangkan ekstrak buahnya dari luar negeri, padahal di tanah air terdapat berbagai ragam jenis buah-buahan.

Oleh karena itu, menurut Sri Wijayanti, ke depan perlu diperbanyak pengembangan industri pengolahan di sentra-sentra produksi hortikultura sehingga hasil panen yang melimpah dapat dijadikan sebagai produk bernilai tambah serta memberikan harga jual yang lebih menguntungkan petani.

Dia mengharapkan industri besar untuk bermitra dengan petani guna mengembangkan usaha pengolahan hasil hortikultura, tak hanya mengambil produksi mereka tapi juga memberikan alih teknologi pengolahan.


Pewarta: Subagyo
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015