Singapura (ANTARA News) - Harga minyak turun di Asia pada Jumat, diperdagangkan di bawah 43 dolar AS saat pasar Amerika Serikat tutup untuk hari libur Thanksgiving dan Rusia mengesampingkan serangan militer terhadap Turki atas penembakan pesawat tempurnya.

Sekitar pukul 06.15 GMT, patokan Amerika Serikat, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari diperdagangkan 55 sen lebih rendah pada 42,29 dolar AS per barel, dan minyak mentah Brent turun 15 sen menjadi 45,31 dolar AS.

Sebelum pasar Amerika Serikat libur, data yang dirilis Departemen Energi Amerika Serikat menunjukkan persediaan minyak mentah komersial negara itu dalam seminggu yang berakhir 30 November naik pada laju yang lebih lambat, memberikan sedikit bantuan terhadap kelebihan pasokan global.

Laporan-laporan bahwa Rusia tidak mengambil tindakan militer terhadap Turki yang menembak jatuh salah satu jet tempurnya di perbatasan Suriah juga meredakan kekhawatiran bahwa situasi tegang di wilayah itu bisa meningkat dan mengganggu pasokan minyak.

Moskow pada Kamis mengatakan tindakan balasan akan fokus pada penggunaan pengaruhnya untuk memperketat tekanan pada ekonomi Turki, termasuk menghentikan proyek-proyek kerja sama ekonomi, membatasi transaksi keuangan dan perdagangan serta mengubah bea masuk.

Dengan pasokan minyak mentah global masih melampaui permintaan, para pedagang sedang menunggu pertemuan kartel negara-negara penghasil minyak OPEC bulan depan untuk melihat apakah mereka akan memangkas tingkat produksinya yang tinggi.

Para pedagang juga akan memantau pertemuan bank sentral Amerika Serikat pada Desember, di mana para pembuat kebijakan diperkirakan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade.

Kenaikan suku bunga kemungkinan akan meningkatkan dolar AS, membuat minyak yang dihargakan dalam dolar AS lebih mahal, sehingga mengurangi permintaan.

"Harga sulit bergerak lebih tinggi atau lebih rendah karena fundamental (penawaran dan permintaan) tak berubah," kata Phillip Futures dalam sebuah komentar pasar yang dikutip kantor berita AFP. (Uu.A026)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015