Langkah ini dilakukan untuk mendorong peneliti mengekpresikan karya publikasinya di jurnal internasional. Kami berikan penghargaan, berupa dana antara Rp50-100 juta,"
Semarang (ANTARA News) - Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Dimyati mengatakan penelitian yang terpublikasi internasional akan diberi hadiah.

"Langkah ini dilakukan untuk mendorong peneliti mengekpresikan karya publikasinya di jurnal internasional. Kami berikan penghargaan, berupa dana antara Rp50-100 juta," katanya di Semarang, Jumat.

Hal itu diungkapkannya usai membuka "1st Universitas Negeri Semarang (Unnes) International Conference on Research Innovation and Commercialization for Better Life 2015" di Hotel Patra Jasa Semarang.

Pemberian insentif berupa dana terhadap dosen peneliti itu, kata dia, direncanakan mulai diberikan pada 2016 sebagai program resmi Kemenristek Dikti, namun dengan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi.

Ia menyebutkan setidaknya ada tiga persyaratan, yakni dimuat dalam jurnal terakreditasi dan terindeks internasional, memiliki lebih dari lima "impact factor", dan sitasi (dirujuk) lebih dari tiga penelitian.

"Untuk (dosen-dosen, red.) yang penelitiannya sudah terpublikasi di tingkat internasional namun selama lima tahun ke belakang belum pernah mendapatkan intensif juga akan kami pertimbangkan," kata Dimyati.

Rektor Unnes Prof Fathur Rokhman mendukung langkah Kemenristek Dikti yang akan memberikan insentif berupa dana untuk dosen-dosen yang penelitiannya terpublikasi di jurnal tingkat internasional.

Menurut dia, Unnes terus mendorong seluruh dosennya untuk menghasilkan penelitian yang terpublikasi ke jurnal internasional sebagai bagian dari tridharma perguruan tinggi yang harus dipenuhi.

"Bahkan, kami akan memberikan hadiah sebesar Rp20 juta bagi dosen yang mampu mempublikasikan penelitiannya di jurnal internasional dan terindeks. Ini sebagai dorongan bagi dosen untuk meneliti," katanya.

Dosen-dosen yang belum memiliki publikasi penelitian, kata dia, terus diingatkan pengaruhnya dengan belum bisa dicairkannya tunjangan profesi bagi dosen dan tunjangan kehormatan bagi profesor.

"Jadi, satu dosen, satu publikasi berbasis hasil penelitian. Dorongan ini menjadi bagian penting pengembangan sumber daya manusia (SDM) dosen," pungkas guru besar Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unnes itu.

Sementara itu, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Unnes Prof Totok Sumaryanto mengatakan seminar internasional yang digelar Unnes itu diikuti oleh peserta dari berbagai negara.

Ada perwakilan dari perguruan tinggi di India, Selandia Baru, Libya, Jepang, Taiwan, Thailand, Malaysia, dan Belanda dari berbagai disiplin ilmu yang akan mempresentasikan hasil penelitiannya.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015