Nusa Dua (ANTARA News) - Harga minyak sawit pada 2016 diproyeksikan naik menjadi 600-800 dolar AS per ton karena terjadi stagnasi volume produksi, kata analis bidang perdagangan minyak nabati Dorab Mistry.

"Perkiraan harga sebesar ini bisa terwujud apabila harga minyak mentah pada level 60 dolar AS per barel," kata dia dalam Konferensi Kelapa Sawit Indonesia (IPOC) 2015 di Nusa Dua, Bali, Jumat.

Kenaikan harga minyak sawit 2016, tutur Dorab, terutama terjadi karena El Nino pada 2015 yang menyebabkan berkurangnya produksi CPO pada tahun setelahnya.

Analis Godrej International Ltd itu mengatakan secara keseluruhan akan terjadi ketidakseimbangan pertumbuhan suplai dan permintaan minyak nabati pada 2016, yakni pertumbuhan suplai minyak nabati sebesar 3,1 juta ton dan pertumbuhan permintaan sebesar lima juta ton.

"Kalau sebelumnya diperkirakan terjadi pertumbuhan volume produksi sebesar 2,5 juta ton, saya merevisi menjadi satu juta ton," ujar dia.

Kondisi tersebut menguntungkan industri sawit dari segi harga, tutur Dorab.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, analis harga dari perusahaan bidang minyak nabati Oil World GmbH, Thomas Mielke, memproyeksikan harga minyak sawit berada pada kisaran 700-750 dolar AS per ton berdasarkan pergerakan suplai CPO di pasar global dan konsumsi diesel.

"Dalam kurun waktu enam bulan berikutnya, ada peluang kenaikan harga minyak sawit sebesar 150 dolar AS. Ini terjadi karena meningkatnya konsumsi biodiesel di Indonesia dapat mengurangi signifikan pasokan CPO ke pasar global," ujar dia.

Menurut Thomas, harga CPO mulai bergerak naik Agustus 2015 saat mandatori B15 diimplementasikan sehingga pasar global menggeliat, meskipun terdapat penurunan pembelian minyak sawit dari Tiongkok dan India.

Pergerakan harga minyak sawit, menurut Thomas, juga dipengaruhi ketidakpastian suplai akibat terdampak El Nino.

Sementara itu, harga minyak sawit menurun tajam sejak tahun lalu. Kini rata-rata harga CPO periode Januari-Oktober 2015 hanya mencapai 584 dolar AS per ton atau turun dari 821 dolar AS per ton pada periode yang sama tahun 2014, atau turun sebesar 30 persen. 

Pewarta: Dyah DA
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015