Paris (ANTARA News) - Pembicaraan iklim Paris pada Selasa (1/12) memasuki tahap perundingan dasar.

Para perunding mulai mengubah tekad politik yang disampaikan para pemimpin mereka menjadi penyelesaian nyata kesepakatan baru soal iklim.

Para pejabat dari 195 negara memiliki waktu satu pekan untuk merampingkan rancangan kesepakatan yang kini setebal 50 halaman jadi tingkat yang bisa ditangani sehingga para pemimpin mereka dapat membacanya ketika mereka bergabung di meja perundingan pekan depan.

"Setiap orang bekerja keras, siang dan malam," kata pemimpin perunding Tiongkok Su Wei, sebagaimana diberitakan Xinhua.

"Para pemimpin telah menyuntikkan dorongan kuat ke dalam perundingan. Sekarang tugas para perunding lah untuk membahas teks kesepakatan kata-demi-kata, baris-demi-baris."

Rancangan kesepakatan Paris diperlihatkan di layar untuk dipertimbangkan para perunding. Pembahasan dwi-pihak dan banyak-pihak di kalangan delegasi dari berbagai negara juga sedang berlangsung.

Rancangan akhir dokumen tersebut direncanakan dibahas pada Sabtu (5/11). Berdasarkan rancangan itu, para menteri akan membahas masalah politik sensitif.

Sasaran keuangan, pengurangan gas buang, sasaran jangka-panjang, mekanisme kajian termasuk di antara berbagai silang pendapat yang harus diselesaikan para perunding.

"Tantangannya sekarang ialah cara menerjemahkan kesediaan itu --yang akan disatukan dalam penanganan tantangan iklim-- menjadi penyelesaian nyata bagi masalah sulit perundingan," kata Kepala Perunding Brazil Antonio Marcondes.

Ia memperingatkan mengenai upaya negara maju untuk mengubah Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim --yang mewajibkan negara maju menjadi pelopor dalam pengurangan gas buang dan menyediakan dukungan teknologi serta keuangan buat negara berkembang.

"Kami merundingkan kesepakatan Paris ini berdasarkan Konvensi tersebut, jadi Konvensi itu ada untuk dipertahankan, dipelihara dan bukan diubah," katanya.

Pada 2009, negara maju berjanji akan menyediakan 100 miliar dolar AS per tahun sampai 2020 guna membantu negara berkembang mengurangi gas buangan dan menyesuaikan diri dengan perubahan iklim. Namun menurut perhitungan Lembaga Sumber Daya Dunia, hanya 17 miliar dolar AS yang disediakan sampai 2012.

"Itu adalah bagian yang mendasar dari keberhasilan kesepakatan Paris," kata Marcondas. "Kami sangat mengharapkan negara maju akan melaksanakan kewajiban mereka yang didasarkan atas konvensi tersebut."

(Uu.C003)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015