... saya terakhir menjadi prajurit aktif TNI dengan pangkat marsekal muda menjabat wakil kepala BIN tahun 2012 sampai dengan 2014...
Jakarta (ANTARA News) - Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR melanjutkan persidangan dugaan pelanggaran kode etik Ketua DPR, Setya Novanto, di Gedung Parlemen, Kamis. Agenda hari ini yang sedang berjalan adalah penjelasan dari saksi, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin.




Sebagai orang yang lama berkecimpung di dunia intelijen dan militer, dia katakan dalam penggalan keterangannya itu, instingnya bekerja dan muncul pertanyaan di dalam dirinya, mengapa pembicaraan di luar masalah bisnis dan melibatkan seorang pengusaha. 




“Mengapa tidak melibatkan perangkatnya, Komisi VII DPR?,” katanya. 




Sjamsoeddin, berlatar belakang militer, dengan pangkat terakhir marsekal muda TNI purnawirawan. Dia berasal Korps Pasukan Khas TNI AU dan lulusan Akademi Angkatan Udara pada 1980. Di lingkungan TNI AU, dia berkarir cukup baik sampai dia ditunjuk menjadi wakil kepala BIN. 




Begitu pensiun, Sjamsoeddin ditawari menjadi presiden direktur PT Freeport Indonesia oleh Ketua Dewan Freeport-McMoRan, James Robert (Jim Bob) Moffett pada Januari 2015, menggantikan Rozik B Soetjipto. Freeport-McMoRan berkantor pusat di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat. 




Selama karier militernya, Sjamsoeddin pernah menjadi komandan Skuadron 465 Paskhas, atase pertahanan Indonesia untuk Brasil, direktur kontra separatis BIN, staf ahli Hankam BIN, dan wakil kepala BIN selama periode 2011-2014. 




"Sebelum menjabat presiden direktur Freeport, saya terakhir menjadi prajurit aktif TNI dengan pangkat marsekal muda menjabat wakil kepala BIN tahun 2012 sampai dengan 2014," kata dia, kepada pimpinan sidang, Surahman Hidayat, dalam persidangan MKD, di Jakarta, Kamis.




Dia juga memperoleh gelar Master of Business Administration dari Jakarta Institute Management Studies. 




Sjamsoeddin, pada saat menjadi wakil kepala BIN menangani pemogokan di pertambangan PT Freeport Indonesia, pada 2011.






Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015