Jakarta (ANTARA News) - Pelaku pasar keuangan di dalam negeri mengharapkan Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan (BI rate) untuk mendorong meningkatnya konsumsi masyarakat sehingga turut menopang perekonomian 2016 nanti.

"Komposisi produk domestik bruto (PDB) Indonesia kan dari konsumsi sekitar 55 persen, investasi aset 32 persen, belanja pemerintah 9 persen dan ekspor 3 persen. Kita melihat belanja pemerintah bisa mendorong konsumsi," ujar Direktur dan Kepala Riset Ekuitas Citigroup Securities, Ferry Wong, dalam Seminar "Economic and Capital Market Outlook" di Jakarta, Senin.

Ia menambahkan Indonesia juga bakal mengalami perbaikan ekonomi seiring dengan harapan meningkatnya tingkat belanja negara pada tahun 2016 depan. Hal itu, juga akan mengakselerasi konsumsi masyarakat meningkat.

Di sisi lain, lanjut dia, dengan tingkat inflasi yang rendah maka peluang Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuan juga semakin terbuka, dengan demikian, jarak inflasi dengan BI rate tidak terlampau lebar.

"Kami prediksi, Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga hingga 50 basis poin (bps). Pada kuartal II sebesar 25 bps, dan kuartal IV juga 25 bps," katanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi pada November 2015 sebesar 0,21 persen. Dengan demikian, laju inflasi tahun kalender Januari-November 2015 tercatat mencapai 2,37 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (year on year/yoy) 4,89 persen.

Sementara itu, Direktur Utama HD Capital, Antony Kristanto mengatakan bahwa inflasi yang rendah seperti saat ini merupakan momentum yang tepat waktu yang bagus bagi Bank Indonesia untuk menurunkan tingkat BI rate.

"Inflasi rendah merupakan momentum, kalau memang nanti ada perlambatan ekonomi akibat kenaikan Fed fund rate maka kita masih tetap mempunyai ruang untuk menaikan suku bunga, jangan sampai kita belum menurunkan suku bunga namun nanti dinaikan lagi, itu kan dampaknya menjadi kurang bagus bagi Indonesia," katanya.

Di tempat sama, Direktur Grup Riset Ekonomi Bank Indonesia, Yoga Affandi mengakui jarak antara inflasi dan BI rate saat ini cukup lebar. Namun, pihaknya harus tetap menjaga stabilitas ekonomi sebagai tugas utama Bank Indonesia. Saat ini, tingkat BI Rate sebesar 7,5 persen.

"Kalau kita lihat inflasi saat ini, suku bunga Bank Indonesia sudah cukup besar. Namun, amanat kami adalah menjaga stabilitas. Stabilitas lebih penting saat ini. Selama demand membaik permintaan kredit konsumsi akan tetap tumbuh," katanya.

Ia mengatakan bahwa pihaknya belum dapat memastikan untuk menurunkan BI rate mengingat kondisi perekonomian global yang masih bervariasi.

"Bank Indonesia mengalami dilema terkait perlambatan ekonomi dan risiko eksternal. Namun, ketika suku bunga acuan bank sentral AS (Fed fund rate) sudah diputuskan maka lebih ada kepastian. Kalau memang saat ini pelonggaran moneter dibutuhkan, harus kita lihat dengan hati-hati," ujarnya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015