Denpasar (ANTARA News) - PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) berupaya memelihara dan meningkatkan kapasitas nasabahnya melalui program pelatihan dan pendampingan secara berkelanjutan.

"BTPN meyakini bahwa pendampingan dan pemberdayaan nasabah adalah kunci untuk menuju pertumbuhan kinerja bisnis yang berkelanjutan," kata Corporate Communication Head BTPN Eny Yuliati dalam rilis yang dibagikan di sela pelatihan terhadap sejumlah nasabah BTPN di Sanglah, Denpasar, Jumat (11/12).

Disebutkan, ada berbagai modul pelatihan yang telah disiapkan untuk meningkatkan kapasitas nasabah, mulai dari manajemen dasar pengelolaan keuangan usaha, cara meningkatkan nilai tambah usaha, bagaimana melihat peluang pasar, menciptakan pembeda dengan pesaing, dan lain-lain.

Tujuannya agar para nasabah dari kalangan masyarakat berpenghasilan rendah termasuk pensiunan dan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dapat menjalankan bisnisnya dan bahkan bisa bertumbuh menjadi bisnis yang lebih besar.

"Jika usaha atau bisnis nasabah berkembang, maka bisnis perbankan juga akan berkembang. Dengan dasar pemikiran seperti itulah maka BTPN berusaha mendampingi dan meningkatkan kapasitas nasabah agar bisnis kedua pihak sama-sama berkembang," katanya.

Program pendampingan dan pelatihan nasabah merupakan bagian integral dari operasional BTPN melalui Program Daya. Program Daya diterapkan pada setiap unit bisnis BTPN, yakni BTPN Purna Bakti yang berfokus melayani pensiunan, BTPN Mitra Usaha Rakyat fokus melayani pelaku usaha mikro dan kecil, serta BTPN Mitra Bisnis yang fokus melayani pelaku usaha menengah. Program Daya juga diterapkan pada anak usaha yakni BTPN Syariah.

"BTPN secara reguler di setiap cabang menggelar Program Daya untuk meningkatkan kapasitas nasabah," kata Marketing Communication Head BTPN Daya, Derry Arifuddin memberi penjelasan di sela pelathan itu.

Hingga akhir September 2015 BTPN telah menyelenggarakan 24.366 aktivitas Daya dengan jumlah peserta mencapai 347.964 nasabah di seluruh Indonesia.

"Data ini menunjukkan tingginya minat nasabah untuk mengikuti program pelatihan dan pemberdayaan," katanya.

Pada pelatihan Daya di cabang BTPN Denpasar Jumat, dihadiri sejumlah nasabah dari berbagai kalangan dan usaha. Ada yang tukang las, ada pengusaha kerupuk ikan, pengusaha ikan hias, pengusaha perhiasan emas dan perak, penjual kue, pembuat tas, dan pengelola praktik dokter bersama.

Ishaq Wahyudi yang memproduksi kerupuk ikan dari sisa kulit ikan tuna, berhasil mengolah rata-rata 100 kg kulit ikan tuna basah menjadi kerupuk. Produknya yang diberi merek "Krupuk Rambak Ikan" sudah dijual di berbagai tempat di Denpasar dan Pulau Bali.

Sementara itu, Sholihin yang telah menjadi nasabah BTPN sejak tahun 2006, mengolah barang bekas menjadi tas yang diekspor ke Spanyol, Prancis dan Kanada. Bahan-bahan daur ulang yang digunakan antara lain karung goni cengkeh, karung beras dan karung terigu, serta ban dalam (mobil) bekas.

Tas dari bahan karung terigu diekspor ke Spanyol sedangkan tas berbahan goni cengkeh dan ban dalam diekspor ke Prancis dan Kanada.

Sholihin mengaku tidak melakukan ekspor langsung karena sangat merepotkan, melainkan pembeli dari negara-negara tersebut yang menjemput barang pesanan kepadanya.

Ia mengaku, penghasilannya dari membuat tas cukup untuk menghidupi keluargnya yang terdiri dari satu anak dan seorang istri.

Nasabah pensiunan BTPN yang juga berkembang lewat kerja sama dengan Daya yaitu pasangan suami istri Wayan Rhena Wardani dan Nyoman Sudarmi, yang memulai bisnis keramba ikan air tawar di Danau Batur, Bali, setelah Wayan pensiun dari profesi hakim tahun 2006.

Dengan modal awal sekitar Rp300 juta yaitu uang pensiun hakim dari Taspen Rp150 juta dan tabungan sang istri Rp150 juta, mereka merintis keramba ikan di Danau Batur.

Wayan menjelaskan, ia memilih usaha keramba ikan karena memiliki pengalaman di bidang perikanan semasa kecil di danau itu. Rumah orang tuanya berada di pinggir danau dan pada masa lalu menangkap ikan adalah salah satu sumber penghasilan keluarganya.

"Sejak kecil saya berusaha berbeda dengan nelayan lain, misalnya saya sudah menangkap ikan dengan jaring, tidak seperti nelayan lain yang hanya memancing. Hal lain, saya berusaha memahami alam dan mempelajari seluk beluk perikanan, misalnya kalau suhu air hangat maka hasil tangkapan lebih banyak dibanding dalam kondisi air yang lebih dingin. Nelayan lain tidak paham soal itu," katanya.

Ketika keramba milik mereka telah berproduksi, dukungan sang istri yang pintar memasak menjadi saluran perkembangan bisnis mereka. Mulailah dibangun rumah makan dengan menyajikan kuliner berbahan ikan dengan bumbu khas Bali.

"Ternyata masakan ibu mendapat sambutan, lalu berkembanglah restoran menjadi lebih besar," kata Wayan didampingi istrinya, dengan menambahkan bahwa Nyoman Sudarmi dalam berbagai kesempatan meraih berbagai penghargaan dalam berbagai lomba masakan nasional dan khas Bali.

"Faktor keberuntungan dan bakat yang dimiliki istri mendorong kemajuan usaha restoran kami," kata Wayan.

Nyoman Sudarmi menjelaskan, pengalamannya mendampingi sang suami bertugas menjadi hakim di berbagai daerah seperti di Lombok, Maluku Utara, Jakarta dan lain-lain memperkaya ramuan kuliner yang ia miliki.

"Selain itu, saya berusaha untuk membuat ramuan baru, sehingga tercipta banyak menu yang diminati konsumen," katanya.

Selanjutnya berkat bantuan dana pinjaman dari BTPN, pasangan suami istri ini kemudian meluaskan lini bisnis dengan membangun restoran terapung, sera kamar untuk penginapan di pinggir Danau Batur, Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali.

"Awalnya hanya dua kamar, lama-lama banyak permintaan, dan saat ini sudah ada 22 kamar," kata Nyoman Sudarmi, dan menambahkan saat ini ada 30 karyawan yang membantu mereka mengelola restoran dan penginapan tersebut.

BTPN yang sejak berdiri fokus pada pelayanan masyarakat berpenghasilan rendah termasuk pensiunan dan UMKM, tidak memiliki program khusus untuk kepedulian dan tanggungjawab sosial perusahaan terhadap masyarakat (CSR).

"Maka program Daya adalah bentuk model bisnis yang mengintegrasikan misi sosial dan misi bisnis perusahaan dalam bentuk produk, layanann dan kegiatan sehari-hari," kata Eny.

Kegiatan lain dalam program Daya yakni pelibatan para penabung di BTPN untuk turut terlibat langsung, berinteraksi dan memberdayakan para nasabah, melalui kegiatan yang disebut Sahabat Daya.

"Melalui program Sahabat Daya ada kegiatan dimana para penabung bisa berbagi ilmu dengan para nasabah BTPN, yang disebut BTPN Sinaya," kata Eny.

Melalui BTPN Sinaya anggota masyasyarakat yang menyimpan dana di BTPN bisa membantu pelaku usaha dan UMKM untuk menumbuhkan dan mengembangkan usaha.

"Melalui program itu BTPN menawarkan konsep baru dalam menjalankan bisnis perbankan," katanya.

Konsistensi BTPN berbuah hasil, dimana hingga triwulan III 2015 dana pihak ketiga (DPK) yang tersimpan di BTPN mencapai Rp59 triliun, tumbuh 12 persen dibanding periode sama tahun 2014 senilai Rp52,6 triliun.

Sementara itu pertumbuhan kredit yang dimotori oleh peningkatan kredit di segmen masyarakat prasejahtera produktif serta pelaku UMKM.

Kredit prasejahtera produktif naik 46 persen (yoy) menjadi Rp3,2 triliun dan kredit UMKM naik 31 persen (yoy) menjadi Rp15,2 triliun.

"Data ini memperlihatkan tingginya kebutuhan pendanaan di kelompok masyarakat bawah, serta aktivitas UMKM yang tetap menggeliat di tengah perekonomian yang menantang. Kami senang, dalam situasi ini dapat terus meningkatkan partisipasi dalam membiayai UMKM," ujar Eny.

Kenaikan penyaluran kredit tetap diimbangi dengan asas kehati-hatian yang tercermin dari tingkat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) terjaga di 0,8 persen.

Rasio tersebut jauh lebih baik dibandingkan dengan data rata-rata NPL industri perbankan yang cenderung meningkat selama tiga triwulan terakhir.

"Pencapaian tersebut tidak terlepas dari konsistensi BTPN dalam memberikan program pemberdayaan bagi seluruh nasabahnya. Melalui Program Daya, yakni program pelatihan dan pendampingan yang dilakukan secara berkelanjutan dan terukur, BTPN terus berupaya meningkatkan kapasitas seluruh nasabahnya," demikian Eny.

Oleh Biqwanto Situmorang
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015