Sydney (ANTARA News) - Topan langka menerjang Sydney dengan angin berkecepatan 200 kilometer per jam pada Rabu dan hujan es sebesar bola kriket merobohkan pepohonan, mematikan listrik, mengoyak atap rumah, membalikkan kendaraan dan menyebabkan banjir.

Biro Meteorologi Australia mengeluarkan peringatan tentang topan langka itu sekitar tengah hari saat badai berbahaya tersebut menyapu pesisir selatan Sydney, memaksa beberapa penerbangan domestik dan internasional dialihkan ke kota lain.

"Ada bukti jelas yang menunjukkan bahwa ada topan melewati Cronulla (pinggiran selatan Sydney) hari ini," kata meteorolog Biro Meteorologi Australia, Alan Sharp.

Tidak ada laporan kerusakan besar dan hanya beberapa orang yang dilaporkan terluka saat badai itu melewati kota terbesar Australia tersebut.

Media sosial banjir gambar-gambar badai gelap dan besar yang menyelimuti kota pelabuhan itu, membawa kegelapan pada hari musim panas yang suhunya 25 derajat Celsius.

Angin berhembus dengan kecepatan 213 kilometer per jam tercatat di Kurnell, wilayah tepi pantai dekat bandara Sydney menurut biro cuaca.

Seorang juru bicara Bandara Internasional Sydney mengatakan bandara tidak ditutup namun beberapa penerbangan dialihkan ke bandara yang lain.

Hujan es yang besar merusak mobil, memecahkan kaca jendela, serta merobek kanopi toko dan layar kapal pesiar.

Sekitar 6.000 rumah dilaporkan tanpa aliran listrik di bagian selatan kota, dan pelayanan penyelamatan menerima lebih dari 200 panggilan bantuan di kota menurut laporan media.

"Risiko topan sekarang sudah menurun namun ada kemungkinan aktivitas badai petir lebih banyak hari ini," kata James Taylor, petugas bidang cuaca ekstrim Biro Meteorologi.

"Tidaklah mustahil ada aktivitas badai setempat namun itu akan menjadi sesuatu yang akan kami pantau dengan seksama untuk hari ini," ujarnya seperti dilansir kantor berita Reuters.

Australia mengalami sebuah pola cuaca El Nino, fenomena yang berhubungan dengan kemarau, badai dan banjir yang ekstrim, yang diperkirakan akan menjadi yang terkuat dalam sejarah menurut badan cuaca Perserikatan Bangsa-Bangsa awal tahun ini.(Uu.Ian/KR-MBR)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015