Den Haag, Belanda (ANTARA News) - Polisi Belanda melepaskan tembakan peringatan dan menahan 14 penentang, saat unjuk rasa ratusan orang menentang pembukaan pusat pengungsi baru berubah rusuh dan menyebabkan beberapa orang terluka, kata pejabat, Kamis.

Dua polisi termasuk di antara korban luka dalam kejadian pada Rabu malam itu, ketika pengunjuk rasa mulai melemparkan batu, botol dan kembang api untuk menentang rencana pembangunan pusat penampungan bagi 1.500 pendatang di desa kecil Geldermalsen.

Kepala polisi daerah, Lute Nieuwerth, mengatakan "suasananya begitu memburuk" ketika kelompok yang terdiri atas 70 hingga 80 orang mulai menyerang petugas yang dipanggil ke lokasi kejadian.

Polisi antihuru-hara melepaskan tembakan peringatan ke udara dan membubarkan massa.

"Saya sangat terkejut dengan insiden kekerasan seperti ini," kata Nieuwerth, dalam jumpa pers di desa itu, Kamis.

Pengunjuk rasa juga membalikkan pembatas dan mencoba menyerbu balai kota tempat pertemuan membicarakan pembukaan pusat penampungan tersebut.

Pertemuan tersebut ditunda dan sekitar 300 orang diamankan dari massa.

Eropa menghadapi gelombang masuk pengungsi yang terbesar sejak Perang Dunia II, dengan lebih dari 800 ribu migran telah tiba di pantainya, kebanyakan lari dari perang di Suriah dan Irak, serta kemiskinan di Afrika.

Krisis tersebut menimbulkan perpecahan pendapat di Belanda, yang hingga pertengahan November telah menampung 54.000 pencari suaka dan diperkirakan ribuan lagi akan datang hingga akhir Desember.

Jumlah tersebut melampaui rekor terakhir yang tercatat pada 1994 saat puncak konflik Balkan.

Debat lokal dan nasional mengenai cara menangani pendatang dalam beberapa bulan belakangan memanas dan memburuk hingga mengarah ke kekerasan.

Wali Kota Geldermalsen, Miranda de Vries, juga mengecam insiden pada Rabu itu.

"Tidak masalah ide atau usulan apa yang dibicarakan di dalam dewan, kita seharusnya bisa membicarakan ini satu sama lain," katanya.

"Kerusuhan kemarin hanya akan membuat kita semakin terpecah," katanya, "Dalam demokrasi, di masyarakat kita, kita memperdebatkan dengan kata."

Ke-14 yang ditahan itu adalah warga setempat dan kepala polisi meminta warga, yang menyaksikan kejadian itu, menyerahkan rekaman video sehingga polisi bisa mengetahui penghasutnya.

"Ada batasan, yang tidak boleh kita langgar," kata Wakil Menteri Kehakiman Kerajaan Belanda, Klaas Dijkhoff, meskipun ia mengakui isu itu sensitif.

"Ketika seseorang ingin menyuarakan pendapat mereka, kami membolehkannya, tetapi kami tidak melakukannya dengan melempar kembang api," katanya.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015