Jakarta (ANTARA News) - Peraturan Menteri Pertanian tentang impor daging variasi dan daging pangkal lidah yang belum lama terbit dinilai akan berdampak menimbulkan persaingan tidak sehat di tingkat pedagang daging sapi lokal.

Asosiasi Sarjana Membangun Desa (Asosiasi SMD) Eko Dodi Pramono di Jakarta, Jumat mengatakan, daging jeroan serta kepala terdiri lidah, pipi dan lainnya tidak terpakai di negara asal.

"Di negeri asalnya ini barang buangan yang tidak ada nilainya. Masuk Indonesia bisa dipastikan merusak harga dari komoditas lokal. Kasihan peternak kita," ucapnya.

Sebelumnya dalam dokumen resmi Kementan disebutkan telah terbit Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) nomor 58/Permentan/PK.210/11/2015 tentang pemasukan karkas, daging, dan atau olahan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia pada 25 November 2015.

Melalui Permentan tersebut maka Kementerian Pertanian (Kementan) akan membuka keran impor daging lidah yang merupakan salah satu variasi daging sapi.

Eko mengharapkan, kalau pun ada impor jenis tersebut, setelah terbitnya Peraturan Menteri Pertanian seyogyanya ada hitungan yang tepat, agar impor tidak melebihi kekurangan dari kebutuhan yang ada.

Indonesia, tambahnya, termasuk yang masih mengkonsumsi daging jenis tersebut, sehingga daging itu punya nilai jual di pasaran dalam negeri.

"Harapannya pemerintah bisa lebih bijak. Ada saatnya pemerintah hadir di hadapan peternak di negeri ini. Sehingga lebih memahami dukanya politik harga daging murah yang asal - asalan tanpa tahu nasib yang di bawah," tuturnya.

Sementara itu Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Jawa Tengah Akbar Mahali mengatakan, impor daging variasi tidak masalah, asal tidak menjatuhkan harga di peternak.

"Impor itu harus rasional, jangan justru menjatuhkan harga di peternak," tukasnya.

Ia mengungkapkan daging variasi seperti daging pipi, lidah dan kepala yang diimpor tersebut merupakan produk yang tidak terpakai untuk konsumsi di negara asal.

"Saya meyakini kualitas daging lokal tetap segar, meskipun impor dikemas secara higienis, tapi kan daging beku," imbuhnya.

Pewarta: Subagyo
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015