Yogyakarta (ANTARA News) - Komunitas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Daerah Istimewa Yogyakarta meminta pemerintah daerah mengintensifkan pendampingan agar pelaku usaha kecil mampu bersaing saat Masyarakat Ekonomi ASEAN diberlakukan pada 1 Januari 2016.

"Tanpa pendampingan serius, UMKM di DIY sulit bersaing saat MEA diberlakukan," kata Ketua Umum Komunitas Usaha Mikro Kecil Menengah (KUMKM) DIY Prasetyo Atmosutidjo di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, hingga kini masih banyak pelaku UMKM yang belum betul-betul memahami tantangan yang akan dihadapi saat MEA.

Padahal, katanya, tanpa kesiapan yang memadai masyarakat bahkan pelaku usaha bakal menjadi penonton di negeri sendiri sebab akan banyak barang dan jasa yang masuk di pasar Indonesia dengan kualitas bersaing.

Sebaliknya, jika kesiapan itu telah memadai, sejatinya MEA merupakan kesempatan bagi UMKM untuk memperluas akses pasar di negara-negara ASEAN.

Oleh sebab itu, ia berharap pemerintah daerah melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM daerah mengintensifkan berbagai pendampingan dengan memberikan pelatihan bagi pelaku UMKM.

"Perlu pelatihan-pelatihan bagi pengusaha secara intensif, misalnya dengan menanamkan disiplin kerja dalam membangun usaha," kata dia

Selain pendampingan, ia mengatakan hal mendasar yang dibutuhkan UMKM saat ini yakni menyangkut kemudahan akses permodalan.

Ia menilai akses permodalan di kebanyakan perbankan masih susah ditembu. Padahal, untuk menghadapi tantangan MEA, kemampuan bertahan UMKM perlu diperkuat salah satunya lewat akses pinjaman modal.

"Kami berharap tidak ada lagi prosedur yang berbelit-belit yang mempersulit pelaku UMKM mendapatkan pinjaman modal," kata Prasetyo.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015