Jakarta, (ANTARA News) - Industri pengolahan non-migas masih menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi nasional di tengah kondisi perekonomian yang belum stabil.

Pertumbuhan industri pada 2015 berkontribusi sekitar 18 persen terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

Lemahnya perekonomian global membuat pertumbuhan industri non-migas hingga akhir 2015 mencapai 5,2 persen, lebih rendah dibandingkan 2014 sebesar 5,61 persen.

Kondisi tersebut sekaligus membenamkan Kementerian Perindustrian mencapai target pertumbuhan industri pada 2015 yang dipatok 6,6-6,8 persen.

Dalam hal ini, Kemenperin terus berupaya menjaga konsistensi pertumbuhan industri di atas pertumbuhan ekonomi nasional pada 2015.

Berbagai program dan kebijakan strategis dikeluarkan guna mendorong kemudahan dan kepastian pelaku usaha berinvestasi di Indonesia.

"Di tengah kondisi perekonomian yang belum stabil, kami harus bersyukur karena industri non migas dapat tumbuh sebesar 5,2 persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan PDB sebesar 4,7 persen pada triwulan III/2015," kata Menteri Perindustrian Saleh Husin.

Adapun ekspor produk industri sampai dengan triwulan III/2015 sebesar 81,26 miliar dollar AS atau memberikan kontribusi sebesar 66,55 persen dari total ekspor nasional yang mencapai 115,13 miliar dollar AS.

Di sisi lain, investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai Rp63,60 triliun, sedangkan investasi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar 8,52 miliar dollar AS, sehingga nilai total investasi sampai dengan triwulan III/2015 mencapai 13,60 miliar dollar AS.

"Dari berbagai kunjungan kerja kami ke luar negeri, para investor mengatakan bahwa Indonesia masih menjadi negara tujuan berinvestasi dan akan dijadikan basis produksi mereka untuk pasar ekspor. Hal ini yang meyakini kami, nilai investasi tahun depan akan meningkat," ungkap Saleh.

Saleh mengakui, perkembangan ekonomi nasional dalam beberapa waktu ke depan masih dihantui ketidakpastian, meskipun ekonomi dunia pada 2016 diramalkan akan tumbuh lebih tinggi dibanding tahun ini.

Peningkatan pertumbuhan tersebut diyakini akan berdampak positif pada ekspor barang industri dari Indonesia.




Proyeksi 2016

Pada 2016, sektor industri non migas diproyeksikan dapat tumbuh pada kisaran 5,7 - 6,1 persen.

Proyeksi peningkatan pertumbuhan tersebut didukung oleh peningkatan investasi pada kelompok industri tertentu yang terjadi pada 2014 dan 2015.

"Bahkan jika upaya-upaya maksimal bisa dilakukan, industri non migas diperkirakan bisa tumbuh di atas 6 persen," harap Saleh.

Sektor industri makanan dan minuman menjadi andalan untuk mencapai target pertumbuhan industri tersebut, yang diperkirakan akan tumbuh 7,4-7,8 persen tahun depan.

Dirjen Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto memaparkan, pertumbuhan industri makanan dan minuman yang selalu positif dan permintaan yang tinggi menjadi alasan industri ini diandalkan.

"Pertumbuhan industri makanan minuman pada triwulan III/ 2015 mencapai 7,94 persen, lebih rendah dibanding periode yang sama pada 2014 sebesar 10,14 persen," kata Panggah.

Namun, kontribusi industri makanan dan minuman terhadap industri agro meningkat pada periode yang sama menjadi 5,58 persen pada 2015 dari 4,84 persen pada 2014.

Sementara, kontribusi industri agro terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada periode yang sama 2015 meningkat 0,92 persen menjadi sebesar 8,22 persendari 7,30 persen pada 2014.

Sektor lain yang juga menjadi andalan adalah Industri kimia, farmasi dan obat tradisional juga diandalkan dalam meraih pertumbuhan industri 2015, yang diharapkan tumbuh 8,5-8,7 persen.

Pertumbuhan industri kimia dasar didorong oleh naiknya kebutuhan bahan kimia dari berbagai kelompok industri, seperti industri plastik yang diperkirakan naik sekitar 8 persen dan semen yang diproyeksi naik sekitar 10 - 14 persen.

Pertumbuhan yang juga relatif tinggi diperkirakan akan dicapai oleh Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik yang diperkirakan dapat tumbuh sekitar 8,0-8,2 persen.

Dari kelompok industri ini, industri barang logam bukan mesin dan peralatannya diperkirakan akan mempunyai andil paling besar dalam menyumbang pertumbuhan kelompok ini.

Hal tersebut terjadi, karena industri ini sejak tahun 2011 cenderung mempunyai pertumbuhan nilai tambah yang tinggi, yang didorong tidak saja oleh permintaan ekspor tetapi juga oleh pertumbuhan investasinya yang relatif tinggi.

Sekjen Kemenperin Syarif  Hidayat mengatakan, optimisme pencapaian target pertumbuhan industri tersebut juga didorong banyaknya investasi sektor industri yang masuk selama dua tahun terakhir.

"Paket kebijakan deregulasi yang diluncurkan pemerintah juga akan mampu mendongkrak pertumbuhan industri, sekaligus pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Syarif.

Jika target pertumbuhan industri tersebut dapat tercapai, maka Kemenperin konsisten menjaga laju pertumbuhan industri melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang dipatok 5,3 persen pada 2016.

Laju pertumbuhan industri selalu diupayakan lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi, di mana pada 2014, pertumbuhan industri mencapai 5,6 persen, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,9 persen.

Hal yang sama terjadi pada 2012, di mana pertumbuhan industri mencapai 6,98 persen dan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,03 persen.

Meskipun, pertumbuhan industri pernah berada di bawah pertumbuhan ekonomi, yakni pada 2013 yang angkanya 5,45 persen, lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi sebesar 5,58 persen.


Oleh Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015