Palu (ANTARA News) - Aparat Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah telah meringkus tujuh orang yang diduga anggota jaringan teroris Santoso di tempat persembuyian mereka di Desa Tayawa, Kabupaten Tojo Unauna, dan Desa Malino, Kabupaten Morowali Utara.

"Pagi ini anggota saya baru melaporkan bahwa mereka menangkap lagi tiga orang di Desa Tayawa, jadi jumlah seluruhnya sudah sekitar tujuh orang," kata Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Brigjen Pol Idham Azis di Palu, Kamis.

Namun dia belum bersedia memberikan keterangan rinci mengenai operasi penangkapan tersebut serta identitas para terduga teroris yang diringkus, yang sedang dibawa ke Palu dari Tojo Unauna.

"Kalau mereka sudah tiba di Palu dan diperiksa secara lengkap, barulah kami sampaikan penjelasan rinci," ujar Idham.

Ia menambahkan polisi menduga orang-orang yang ditangkap merupakan operator aksi teror yang dilakukan oleh anggota jaringan Santoso, yang diyakini masih bersembunyi di hutan-hutan wilayah Poso Pesisir.

Idham menjelaskan pula bahwa operasi Camar Maleo I, II, III dan IV untuk mengejar teroris jaringan Santoso di Poso akan berakhir 9 Januari 2016.

Selama masa operasi tersebut, menurut dia, polisi telah menangkap 24 orang yang diduga terlibat aksi teror, tujuh orang di antaranya tewas dan 17 lainnya sedang menjalani proses hukum.

Selama operasi itu, ia mengatakan, juga ada dua polisi dan satu tentara yang tewas dan empat polisi luka-luka.

Polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti kegiatan terorisme berupa senjata api, amunisi, bom rakitan, bahan pembuat bom, dan pakaian.

Idham mengatakan saat ini Santoso dan sekitar 31 anak buahnya, yang diyakini telah dibaiat menjadi anggota ISIS, masih bersembunyi di hutan-hutan sekitar Poso Pesisir sampai wilayah Sausu, Kabupaten Parigi dan Napu, Kabupaten Poso.

"Wilayah pergerakan mereka ada di dalam kawasan hutan seluas sekitar 2.400 kilometer persegi. Namun keberadan mereka semakin terjepit, logistik semakin kurang dan personel keamanan terus mengepung. InsyaAllah Santoso dan teman-temannya bisa segera tertangkap," kata Idham.

Ketika ditanya mengenai kelanjutan Operasi Camar Maleo, Idham mengaku belum mengetahui karena operasi ini berada di bawah kewenangan Markas Besar Polri.

Meski demikian, ia mengatakan, setelah operasi berakhir 9 Januari Kepolisian Daerah akan melanjutkannya dengan operasi mandiri kewilayahan.

"Kami sedang matangkan rencana operasi mandiri ini. Sandi operasinya juga akan kami ganti, bukan lagi pakai nama Camar Maleo. Bapak Wakapolda sedang mengkajinya," kata dia.

Pewarta: Rolex Malaha
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015