Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Satistik mencatat inflasi sepanjang 2015 yang sebesar 3,35 persen (year on year) merupakan inflasi tahunan terendah sejak 2010, dan mengindikasikan perbaikan stabilitas harga barang dan jasa, meskipun turut dipengaruhi dari perlambatan ekonomi.

"Kita lihat juga dari dalam negeri, ada tindakan, seperti perbaikan sistem dan pengendalian harga," kata Kepala BPS Suryamin di Jakarta, Senin.

Suryamin mencatat laju inflasi tahunan sejak 2010 hingga 2014, masing-masing adalah 6,96 persen, 3,69 persen, 4,3 persen, 8,38 persen dan 8,36 persen.

Periode 2010, menurut perhitungan BPS, menjadi perbandingan mengingat dampak krisis ekonomi global mulai mereda. Jika dibandingkan laju inflasi pada tahun 2009, saat itu indeks harga konsumen lebih rendah yakni 2,78 persen.

Menurut Suryamin, perbaikan indeks harga konsumen pada tahun ini juga tercermin dalam laju inflasi inti (core inflation),--yang juga turut dipengaruhi faktor eksternal--, sebesar 3,95 persen.

Secara keseluruhan, inflasi tahunan 3,35 persen terbentuk dengan andil inflasi inti, kemudian inflasi yang disebabkan harga yang diatur pemerintah (administered prices) sebesar 0,39 persen, harga barang bergejolak (volatile food) 4,84 persen dan komponen energi yang deflasi 4,02 persen.

Meskipun secara tahunan dan kalender berjalan menunjukkan perbaikan, inflasi pada Desember 2015 sebesar 0,96 persen merupakan inflasi tertinggi bulanan (month to month) sepanjang 2015.

Inflasi Desember 2015 ini bahkan lebih tinggi dibanding inflasi setelah periode Lebaran 2015, yakni pada Juli 2015 yang sebesar 0,93 persen.

"Ini sumbangan besar dari bahan makanan dari angkutan udara saat mau liburan Natal dan Tahun Baru 2015," kata dia.

Jika dibandingkan Desember 2014, inflasi pada bulan ini lebih rendah. Namun, inflasi Desember 2014 yang sebesar 2,46 persen, karena sebagian besar dipengaruhi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Pada Desember 2015, Suryamin menjelaskan, terjadi kenaikan harga pada barang-barang yang rentan bergejolak. Misalnya harga cabai merah melonjak 43 persen dan bawang merah sebesar 36 persen. Kemudian, kata Suryamin, harga daging dan telur ayam ras masing-masing 6,2 persen dan 9,17 persen.

Selain itu momen liburan Natal dan Tahun Baru 2016 juga menaikkan tarif transportasi udara sebesar 10,3 persen.

"Paling tinggi di Padang, dan Bandung untuk transportasi udara," kata dia

Secara rinci dari kategori kelompok, Suryamin menjelaskan, kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 3,2 persen dan menyumbang inflasi sebesar 0,65 persen.

Kemudian, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,5 persen dan memiliki andil inflasi 0,09 persen terhadap inflasi Desember 2015.

Sementara kelompok transportasi, rekreasi dan olah raga juga mengalami inflasi sebesar 0,45 persen dan menyumbang inflasi 0,09 persen inflasi pada Desember 2015.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016