Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyampaikan kepada Presiden Joko Widodo harapan agar kehidupan toleransi antar umat beragama yang sudah baik, tidak terjebak dengan upaya "sinkretisme" (mencampuradukan beberapa paham-paham atau aliran-aliran agama atau kepercayaan).

"Ini yang tadi digarisbawahi oleh MUI," kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin seusai mendampingi Presiden bertemu Pengurus MUI di Istana Merdeka Jakarta, Selasa.

Lukman Hakim mengungkapkan bahwa pemerintah bersama dengan masyarakat melalui ormas-ormas keagamaan terus berupaya untuk membangun toleransi karena realita masyarakat Indonesia yang majemuk.

"Pesan MUI tadi, jangan sampai kita terjebak pada sinkretisme yaitu mencampuradukan antara ajaran-ajaran atau bentuk-bentuk peribadatan satu agama dengan agama yang lain," katanya.

Lukman menyatakan bahwa toleransi harus betul-betul dijunjung tinggi dan senantiasa terjaga. "Jangan sampai terjebak pada pencampuradukan ajaran atau ritual peribadatan antara satu agama dengan agama yang lain," katanya.

"Saya pikir ini pesan yang sangat baik dan tentu semua kita berkewajiban untuk mencermati ini," kata Lukman Hakim.

Dia mengatakan, MUI menyampaikan hal tersebut setelah ada masukan dari masyarakat terkait perayaan Natal, adanya kumandang adzan diiringi lagu-lagu yang biasa dinyanyikan di gereja-gereja.

Hal ini terjadi saat perayaan Natal di Rumah Dinas Gubernur Nusa Tenggara Timur yang dihadiri Presiden Joko Widodo pada 28 Desember 2015, ketika ada Fragmen Teatrikal Natal yang menyanyikan lagu Ave Maria yang diiringi dengan mengumandangkan adzan.

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016