New York (ANTARA News) - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB)  mendesak semua pihak dalam konflik berkepanjangan di Yaman melanjutkan "gencatan senata yang berarti dan berkelanjutan" pada Selasa (5/1), tiga hari setelah gencatan senjata sebelumnya berakhir.

Masalah Yaman menjadi perhatian khusus anggota Dewan Keamanan dalam konsultasi pada Selasa, kata Elbio Rosselli, Wakil Tetap Uruguay untuk PBB.

Uruguay memangku jabatan Presiden Bergilir Dewan dengan 15 anggota tersebut untuk Januari.

"Kami menyampaikan keprihatinan mendalam mengenai situasi kemanusiaan yang menyedihkan di Yaman yang terus bertambah buruk," kata Rosselli.

Ia mendesak semua pihak dalam konflik itu mengizinkan bantuan kemanusiaan dan makanan sampai ke rakyat Yaman.

Konflik yang berkecamuk di Yaman membuat pemerintah yang didukung oleh koalisi pimpinan Arab Saudi berhadapan dengan petempur Houthi, yang bersekutu dengan mantan presiden Ali Abdullah Saleh dan didukung oleh Iran. Perundingan perdamaian diluncurkan pada Desember dan gencatan senjata diumumkan.

Gencatan senjata tersebut diberlakukan di Yaman antara 15 Desember dan 2 Januari sampai dihentikan oleh koalisi pimpinan Arab Saudi yang mengutip pelanggaran gencatan senjata oleh anggota kelompok Syiah Houthi sebagai alasan.

Dewan Keamanan menyambut baik kemajuan yang dicapai dalam pembicaraan perdamaian yang diselengarakan antara 15 dan 20 Desember, dan mendesak semua pihak ikut dalam babak baru pembicaraan pada pertengahan Januari, kata Rosselli.

Ketika berbicara dalam kapasitas nasionalnya, Rosselli mengatakan ia berharap memburuknya hubungan baru-baru ini antara Iran dan Arab Saudi tidak berdampak pada konflik di Yaman.

"Kami semua berharap negara besar regional yang memiliki pengaruh di Yaman akan bertanggung jawab dengan memasuki dialog dan mencegah situasi itu berdampak ke tempat lain," katanya.

Kantor Komisaris PBB Urusan Hak Asasi Manusia (Office of the High Commissioner for Human Rights/OHCHR) pada Selasa menyatakan di Jenewa, Swiss, bahwa serangan udara dilancarkan di ibu kota Yaman, Sana'a, dalam dua hari terakhir dan menyatakan terkejut mengetahui laporan mengenai dugaan penggunaan bom tandan oleh pasukan koalisi di Gubernuran Hajjah, demikian seperti dilansir kantor berita Xinhua.(Uu.C003)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016