Jakarta (ANTARA News) - Belum lama ini, pengobatan chiropractic sempat menjadi bahan perbincangan berbagai pihak karena terkait kasus meninggalnya seorang perempuan seusai menjalani pengobatan ini.

Menurut spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi dari Flexfree Musculoskeletal Rehabilitation Clinic, dr Ferius Soewito SpKFR, di Indonesia, sebenarnya terapi alternatif ini cukup populer.

"Di Indonesia, chiropractor dan terapi alternatif lain cukup populer. Chiropractor banyak dari luar negeri, dan sesuatu yang berasal dari luar negeri biasanya cukup populer di Indonesia. Di Indonesia sendiri, setahu saya, belum ada sekolah chiropractor," kata dia kepada www.antaranews.com, Kamis.

Hanya saja, dia mengatakan, dasar pengobatannya berbeda dengan medis, sehingga sulit menilai efektivitas dan keamanannya. Namun, ini tak berarti tidak efektif dan tidak aman.

Ferius menyarankan, sebelum memutuskan menjalani pengobatan alternatif ini, calon pasien juga perlu meneliti latar belakang terapis dan efektivitas pengobatan yang akan dijalani. 

"Saran saya, sebelum memutuskan melakukan terapi alternatif, tetap harus diteliti dulu latar belakang yang melakukan terapi. Bila terapis berasal dari luar negeri, memang agak sulit karena harus ditrace bagaimana latar belakangnya di negara asal. Perlu juga dicari tahu bagaimana efektivitas terapi tersebut," kata dia.

Efektivitas terapi bisa dilihat melalui berbagai penelitian yang telah dilakukan berbagai pihak. Selain itu, pastikan anda bertanya pada dokter apakah pengobatan chiropractic tepat untuk anda.

"Efektivitas harus dilihat dari penelitian. Sebelum melakukan terapi lebih baik bertanya pada dokter, apakah secara kedokteran boleh dilakukan atau tidak," tutur anggota Divisi Penelitian dan Pengembangan Perkumpulan Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Indonesia (PERDOSRI) itu.

"Testimonial beberapa orang tidak bisa dijadikan patokan karena umumnya, yang gagal jarang memberikan testimonial, makanya testimonial banyak yang bicara keberhasilan, bukan kegagalan," tambah dia.

Seperti dilansir WebMD, pengobatan chiropractic dianggap bisa membantu mengatasi nyeri di tulang belakang. Chriopractor (yang melakukan pengobatan chiropractic) menggunakan tangannya untuk mengembalikan posisi tulang belakang pasien ke posisi normal. Ia juga bisa menggunakan terapi alternatif seperti menggunakan ultrasound dan terapi relaksasi.

Sebelum melakukan terapi, dokter chiropractic akan meminta riwayat medis pasien. Ia mungkin menggunakan tes laboratorium atau lainnya untuk melihat pengobatan yang terbaik bagi pasien.

Beberapa studi memperlihatkan, mereka yang mengalami nyeri punggung, leher dan kepala akan membaik keadaannya melalui pengobatan ini.

Kendati begitu, mereka yang menderita osteoporosis, kompresi sumsum tulang belakang, radang sendi, atau yang mengambil pengobatan pengenceran darah sebaiknya tidak menjalani manipulasi tulang belakang.

Lalu, pasien yang memiliki riwayat kanker perlu mendapatkan izin dari dokter bila ingin menempuh pengobatan ini.

Pada dasarnya, semua pengobatan didasarkan pada diagnonis yang akurat dari sakit yang diderita pasien, misalnya nyeri punggung. Oleh karena itu, chiropractor perlu tahu riwayat kesehatan pasien, termasuk pengobatan yang sedang pasien jalani, obat-obatan yang dikonsumsi pasien, riwayat tindakan operasi dan faktor gaya hidup.

Agar pasien tetap aman, sebaiknya selalu periksakan ke dokter untuk memastikan kondisinya membaik setelah menjalani pengobatan chiropractic atau lainnya.

Penerjemah: Lia Santosa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016