Insentif-insentif untuk menumbuhkan manufaktur yang sudah diwacanakan perlu segera diterapkan. Memang butuh waktu, karena itu 2016 saya masih melihat ekspor belum akan membaik,"
Jakarta (ANTARA News) - Ekonom Senior Kenta Institute Eric Alexander Sugandi mengatakan industri manufaktur masih sulit untuk menopang laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016, namun konsistensi pemerintah untuk menumbuhkan sektor tersebut harus dijaga agar manfaatnya terasa secara jangka menengah dan jangka panjang.

"Insentif-insentif untuk menumbuhkan manufaktur yang sudah diwacanakan perlu segera diterapkan. Memang butuh waktu, karena itu 2016 saya masih melihat ekspor belum akan membaik," kata Eric dalam paparan ekonomi-politik Kenta Institute di Jakarta, Selasa.

Eric mengatakan insentif yang ditawarkan pemerintah seperti dalam paket kebijakan ke-VI untuk pengembangan industri dalam Kawasan Ekonomi Khusus, perlu direalisasikan secara matang. Ukuran efektivitas penerapan insentif tersebut, kata Eric, pemerintah harus mengakomodir landasan pelaksanaan dengan mengeluarkan peraturan pelaksana. Menurutnya, efektivitas implementasi itu yang sangat ditunggu investor.

"Untuk insentif, yang pegang bola itu kan investor. Bagaimana pemerintah perlu merealisasikan agar investor benar-benar tertarik. Jika diumumkan saja, belum tentu investor masuk, sama halnya dengan kebijakan tax amnesty. yang punya dana di luar negeri juga belum bisa dipastikan mau masuk," katanya.

Dia mengapresiasi komitmen pemerintah yang ingin mengtransformasikan pertumbuhan ekonomi berbasis sumber daya alam, menjadi pertumbuhan ekonomi yang mengandalkan industri pengolahan. Namun, menurutnya, andil signifikan dari transformasi tersebut baru bisa terasa pada tahun-tahun berikutnya, atau tidak dalam jangka pendek.

Kementerian Perindustrian menargetkan industri dapat tumbuh di rentang 5,7 - 6,1 persen pada 2016, setelah perlambatan pertumbuhan di level 5,2 persen yang lebih rendah dibandingkan 2014 sebesar 5,61 persen.

Eric mengatakan pada 2016, pertumbuhan ekonomi nasional masih ditopang oleh konsumsi masyarakat, dan konsumsi pemerintah. Selain itu, Eric meyakini, aliran investasi akan meningkat signifikan, karena pemulihan ekonomi RI, ditambah dengan Bank Indonesia yang dia prediksikan akan melonggarkan kebijakan moneternya, sehingga membuat pembiayaan akan lebih murah.

"Fokus pemerintah saat ini juga sebaiknya di perbaikan konsumsi dan daya beli, dan menjaga stabilitas rupiah," ujarnya.

Eric memprediksi ekonomi Indonesia dapat tumbuh 5,2 persen pada 2016. Lambatnya ekspor juga akan memperkecil surplus neraca perdagangan yang diproyeksikan sebesarb 12 miliar dolar AS. Sementara impor barang modal dan bahan baku diprediksikan bakal meningkat, yang akan memicu pelebaran defisit neraca transaksi berjalan sebesar 2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), dari 2015 yang diperkirakan 1,8 persen.

Sementara cadangan devisa Bank Indonesia pada akhir 2016 diperkirakan Kenta Institute akan bertambah 118 miliar dolar AS dari posisi 2015 sebesar 105,9 miliar dolar AS.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016