Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta, Selasa pagi, menguat 25 poin menjadi Rp13.855 per dolar AS dibandingkan posisi kemarin sore di level Rp13.880 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah bergerak menguat terhadap dolar AS bersama dengan mayoritas kurs di kawasan Asia. Tekanan mata uang di kawasan Asia akibat turbulensi di pasar saham Tiongkok sepertinya mulai mereda," kata Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta.

Dari dalam negeri, dia menjelaskan, sentimen positif terhadap nilai tukar rupiah antara lain datang dari data Indeks Penjualan Ritel yang membaik pada periode November 2015.

Menurut data yang dirilis Bank Indonesia, Indeks Penjualan Ritel Indonesia naik dari 8,8 persen menjadi 10,2 persen selama kurun waktu itu.

"Namun, meski fundamental ekonomi domestik terus menunjukkan perbaikan, sentimen itu masih dibatasi oleh sentimen negatif dari eksternal," katanya.

Sementara Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengatakan penguatan nilai tukar rupiah masih cenderung terbatas karena pelaku pasar uang masih khawatir dengan belum adanya kepastian dari kebijakan bank sentral Tiongkok tentang perekonomian dan mata uangnya.

"Sejak awal 2016 Tiongkok terus menjadi sorotan, pelaku pasar terus mencermati data yang dapat mengukur seberapa tajam pelambatan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu," katanya.

Di sisi lain, menurut dia, penguatan nilai tukar rupiah juga belum sepenuhnya ditopang oleh fundamental ekonomi domestik dan pelaku pasar masih mencermati seberapa cepat pembangunan infrastruktur di dalam negeri berjalan.

Ia menambahkan pelaku pasar sedang menanti kebijakan dari otoritas moneter untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia.

"Diharapkan kebijakan penurunan suku bunga dapat mendorong daya beli masyarakat terus tumbuh sehingga menjaga fundamental ekonomi domestik," katanya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016