Los Angeles (ANTARA News) - Penjualan album terakhir David Bowie, yang dirilis dua hari sebelum ia meninggal karena kanker, meningkat tajam, begitu juga dengan lagu-lagu terbaiknya dan pendapat tentang kekuatannya terhadap budaya pop dan industri musik.

Situs streaming Spotify mencatat lagu Bowie naik 2.700 persen pada Senin (11/1). Official Charts Company di Inggris Raya mengatakan album Blackstar naik ke posisi puncak dengan angka 43.000 sejak dirilis Jumat (8/1).

Bowie, yang selama kariernya dikenal bergaya androgini dan kostum berkilau, meninggal Minggu (10/1) di usia 69.

Ia merupakan artis rekaman pertama yang menjual kontrak, bond, dikenal dengan sebutan Bowie's Bond, terhadap hak karya intelektual dan didukung oleh keuntungan dari musiknya di masa depan.

Kontrak tersebut, yang sudah terbayar, dibeli oleh Prudential Insurance pada 1997 senilai 55 juta dolar dan membuat Bowie memiliki karyanya, tidak hanya menjual hak cipta.

Langkah tersebut, yang pertama kali diperkenalkan investor David Pullman, kemudian diikuti James Brown dan The Isley Brothers.

Dalam wawancara, Pullman memperkirakan kekayaan Bowie mencapai 100 juta dolar karena sang musisi memiliki hak 100 persen terhadap karyanya.

"Dia cukup pintar untuk mempercayai dirinya sendiri. Kebanyakan artis menjualnya jangka pendek dan tidak mempertahankan hak cipta. Dia bisa mendapat kejayaannya kembali. Lagunya itu anaknya," kata Pullman.

Menurut dia, langkah ini juga membuat Bowie terhindar dari pajak, seperti yang akan dihadapi bila ia menjual hak ciptanya.

Pimpinan agensi hiburan Fenton Bill Werde, yang juga mantan editor publikasi perdagangan musik Billboard, aliran pendaoatan bagi seorang seniman berasal dari kepemilikan hak cipta dan katalog.

Tetapi, ia menilai ini bukan masalah uang semata.

"Ini tentang hasil darah, keringat dan air mata Bowie. Gagasan bahwa orang lain memiliki karyanya tidak pernah berjalan baik baginya," kata Werde.

Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016