Jakarta (ANTARA News) - Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan pembelian besar-besaran oleh masyarakat pada 5 Januari lalu--bertetapan dengan diberlakukannya penyesuaian harga--menyebabkan bahan bakar minyak (BBM) langka di beberapa daerah.

"Kami klarifikasi BBM seperti apa kondisinya hingga menyebabkan langka di beberapa daerah, yaitu karena adanya pembelian besar-besaran pada tanggal 5 Januari lalu," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas IGN Wiratmaja di kawasan Kuningan, Jakarta, Senin.

Gejolak pada tanggal 5 Januari tersebut, kata Wiratmaja, adalah sebagai dampak pengumuman pemerintah soal penurunan harga BBM di luar prediksi Pertamina.

"Itu terjadi di luar prediksi Pertamina, dimana saat tanggal 4 Januari itu stok di SPBU masih penuh, kayak gak laku jualannya," ujar dia.

Pembelian secara masif oleh masyarakat pada tanggal 5 Januari di beberapa daerah tersebut juga diungkapkan oleh SVP Marketing Niaga Pertamina Muchamad Iskandar.

Dia mengatakan dari tanggal 1 Januari hingga tanggal 4 Januari masyarakat lebih banyak melakukan penghematan untuk melakukan pembelian karena sudah ada pengumuman BBM akan turun pada tanggal 5 Januari mendatang sejak akhir tahun 2015.

Ada fenomena aneh, lanjut Iskandar, meski diperkirakan pada malam tahun baru peningkatan penjualan premium solar meningkat tajam, namun saat ini malah terjadi penurunan sampai terendah pada tanggal 4 Januari.

"Ini bukan semata mata SPBU tidak mau tebus pasokan, namun konsumen yang memang kurangi pembelian. Dan apa yang terjadi saat jam 00.00 WIB pada tanggal 5 Januari, serentak berbondong bondong di SPBU laris dalam volume yang cukup besar. Bahkan kami terima laporan pada pukul 1 dan 2 dini hari betul-betul SPBU penuh, bahkan armada bus juga beli sehingga solar alami hal yang serupa bahkan lebih parah anjlok drastis," ujarnya.

Karena adanya lonjakan pembelian yang sangat besar tersebut, lanjut Iskandar, Pertamina tidak bisa dengan cepat memulihkan persediaan di SPBU, karena kapasitas tangki yang maksimal hanya bisa ditambah 40 persen dari kapasitas harian.

"Itu sudah maksimal, sementara permintaan 200 persen lebih akhir nya ada stagnasi berjam jam setelahnya. Namun setelah 3 hari, Rabu, Kamis dan maksimal Jumat malam sudah selesai dan kembali normal. Kami pantau di seluruh daerah aman, tidak ada lagi masyarakat yang tidak bisa beli," ujarnya.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016