Jakarta (ANTARA News) - Praktisi Pendidikan, Robertus Budi Setiono, mengatakan, sekolah dan orang tua harus selaras dalam mencegah anak terlibat penyalahgunaan narkoba.

"Orang tua dan sekolah harus selaras untuk mencegah penyalahgunaan narkoba. Jangan hanya anak diserahkan kepada sekolah saja, padahal di sekolah hanya tujuh hingga delapan jam," ujar Budi yang juga Direktur Global Sevilla itu usai seminar mengenai narkoba, di Jakarta, Rabu.

Upaya yang dilakukan pihak sekolah yang menjauhkan anak dari narkoba akan sia-sia jika tidak diimbangi pengawasan dari orang tua.

Menurut dia, edukasi mengenai narkoba sangat diperlukan oleh generasi muda. Pasalnya saat ini, banyak narkoba yang dikemas baik sehingga menarik dan sulit dikenali. Narkoba saat ini banyak dikemas dalam bentuk permen maupun biskuit.

"Narkoba jenis lysergic acid diethylamide (LSD) sangat menarik perhatian anak SD," katanya.

LSD merupakan narkoba berbentuk lembaran yang mudah larut dan berwarna-warni. LSD digunakan dengan menempelkannya di lidah atau di bawah kelopak mata. Efek dari LSD adalah halusinasi dan juga salah persepsi indera.

Dia menambahkan, seharusnya pemerintah menetapkan status darurat narkoba karena tidak hanya dijadikan pangsa pasar peredaran narkoba, tetapi juga anak-anak tidak bisa melihat teladan yang baik.

"Bahkan para selebritis identik dengan narkoba. Seharusnya para selebritis dijauhkan dari narkoba, agar anak-anak mempunyai teladan yang baik," terang dia.

Orang tua juga harus mendapatkan edukasi mengenai jenis-jenis narkoba. Budi menerangkan bahkan ada seorang ibu yang setiap hari membersihkan bong yang sering digunakan anaknya.

"Bong sekarang kan macam-macam bentuknya. Ada ibu yang setiap hari membersihkan bong, karena dikiranya itu penghargaan yang diberikan sekolah kepada anak itu," papar dia.

Berdasarkan data Badan PBB Untuk Kejahatan Narkoba (UNODC), pengguna narkoba di Indonesia sudah mencapai angka lima juta orang, yang sebagian besar berada pada usia produktif. Rata-rata 50 orang meninggal karena narkoba setiap hari dan dengan kerugian sosial-ekonomi yang mencapai angka Rp63 triliun per tahun.

(I025)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016