Jakarta (ANTARA News) - Provinsi Jawa Barat terus dipacu menjadi salah satu pusat industri hulu hingga hilir yang strategis, di mana pembangunan infrastruktur di Jabar sisi timur dinilai mempercepat pertumbuhan industri dan menarik investasi.

Menteri Perindustrian Saleh Husin optimistis, tambahan infrastruktur berupa berupa jalan tol, jaringan rel kereta api, pelabuhan dan bandara akan memperlancar lalu lintas logistik, barang modal dan menjadi pintu ekspor bagi produk industri di Jawa Barat.

"Dari beberapa kali bertemu dengan para investor, mereka punya minat kuat untuk membangun pabrik dan ekspansi ke sana," kata Saleh melalui siaran pers di Jakarta, Kamis.

Saleh menyampaikan, jika sebelumnya industri Jabar terkonsentrasi di sebelah barat, seperti Bekasi-Karawang atau dekat dengan Jakarta, ke depan pengembangan akan mengarah ke timur karena infrastruktur yang mendukung.

Beberapa penambahan sarana prasarana itu diyakininya menjadi magnet bagi masuknya investasi asing dan dalam negeri untuk mengembangkan industri hulu maupun hilir. Kemenperin mencatat Jabar memiliki 24 kawasan industri dari 74 kawasan serupa di Indonesia.

Hasil survei Kemenperin 2013 itu juga menunjukkan kawasan industri di Jabar paling banyak dibanding provinsi lainnya seperti Kepulauan Riau (11 kawasan industri), Banten (10) dan Jateng (8).

Dari sisi luas area, total kawasan industri Jabar mencapai 14,3 ribu hektare alias 39,4 persen dari seluruh kawasan industri di Indonesia seluas 36,3 ribu hektare. Pengembangan industri di Jabar juga diharapkan meningkatkan lapangan kerja, di mana hingga 2014, terdapat beberapa industri besar sedang di provinsi ini antara lain industri makanan dengan 1.037 perusahaan dan 112 ribu karyawan; serta tekstil dengan 851 perusahaan dan 254 ribu karyawan.

Selain itu, industri pakaian jadi dengan 740 perusahaan dan 231 ribu karyawan; kulit dan alas kaki 205 perusahaan dan 52 ribu karyawan; serta karet – plastik 390 perusahaan dan 104 ribu karyawa.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016