Jakarta (ANTARA News) - PT Sharp Electronics Indonesia (SEID) bersama komunitas anak muda peduli lingkungan Sharp Greenerator mengadopsi tiga Orangutan bernama Kopral dan Shelton yang saat ini tinggal di Samboja Lestari, serta Sura di Nyaru Menteng.

Kedua lokasi tersebut merupakan pusat konservasi, rehabilitasi, dan reintroduksi Orangutan di Kalimantan yang sangat terkenal di seluruh dunia.

"Orangutan merupakan spesies yang amat spesial karena "kedekatannya" dengan manusia. Spesies ini menjadi lebih istimewa lagi karena hanya dapat ditemukan di Indonesia, dan saat ini populasinya semakin menyusut akibat perburuan liar maupun kebakaran hutan yang menjadi habitat mereka," kata General Manager Brand Strategy Group Division SEID Haruhiko Sano, dalam keterangan persnya, Jumat.

"Indonesia sangat beruntung memiliki spesies langka ini, upaya-upaya pelestarian mereka, sekecil apa pun itu, haruslah didukung dan dikembangkan agar kelak anak-cucu kita tetap dapat mengenal dan melihat wujud mereka tidak hanya melalui gambar," tambahnya.

Kopral dan Shelton merupakan sepasang sahabat penyandang disabilitas. Ketika diterima di Program Pelepasliaran Orangutan Semboja Lestari, kedua lengan Kopral mengalami luka bakar hebat sehingga terpaksa harus diamputasi akibat upayanya melarikan diri dari majikannya.

Meski memiliki tubuh tak sempurna, Kopral tetap disegani karena kegigihannya memanjat pohon dan membangun tempat tinggal hanya dengan mengandalkan kaki dan mulutnya. Sahabatnya Shelton juga mengalami luka parah saat ditemukan.

Sembilan peluru yang menghujam tubuhnya, meski sudah diangkat seluruhnya, tak bisa menghindarkan Shelton dari kebutaan permanen pada mata kanannya.

Kisah Sura sendiri tak kalah menyentuh. Di usia empat bulan, dia tak hanya menderita akibat ditinggal mati oleh sang ibu, tapi juga kehilangan tiga jari di tangan kirinya. Ketika tiba di Nyaru Menteng pada 17 Oktober 2013, Sura tidak cuma membutuhkan perawatan medis untuk lukanya ini, namun juga kasih sayang untuk mengenyahkan ekspresi sedih dan ketakutan pada wajahnya.

Dalam bulan-bulan pertama perawatannya, kondisi Sura tetap tidak stabil dan berkali-kali jatuh sakit. Namun berkat perawatan intensif dari tim medis Nyaru Menteng, kesehatan Sura berangsur pulih dan kini telah sembuh total.

Untuk melanjutkan komitmennya berkontribusi secara positif pada lingkungan hidup, lanjut Sano, SEID menggandeng organisasi nirlaba lingkungan hidup Borneo Orangutan Survival Foundation juga memberikan edukasi kepada para pelajar sebagai generasi penerus bangsa agar senantiasa menjaga kelestarian bumi dan keanekaragaman hayati tanah air.

SEID bersama BOS Foundation mengajak puluhan anggota komunitas Sharp Greenerator yang terdiri atas pelajar SMP dan SMA se-Jabodetabek untuk bersama-sama melindungi dan menyelamatkan Orangutan dari kepunahan pada acara yang berlangsung di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta, Rabu (13/1).

Kepedulian anak-anak muda dibangkitkan dengan menonton film mengenai Orangutan, belajar dan mengenal langsung perilaku Orangutan dengan berkeliling Pusat Primata Schmutzer.

"Selain memberikan pemaparan mengenai Orangutan dan mengajak para peserta untuk mengamati langsung kehidupan Orangutan di Pusat Primata Schmutzer, aksi bertajuk "Orangutan Live Saver" ini juga mengadopsi tiga Orangutan.

Ketiganya memiliki latar belakang dan kisah perjuangan yang amat menyentuh, sehingga dengan mengenal ketiga Orangutan ini kami berharap para peserta akan terketuk hatinya, tumbuh kecintaan, kepedulian, serta rasa memiliki dalam diri mereka pada spesies Orangutan. Pada akhirnya, kami berharap naluri ini mampu mengantar para peserta untuk secara sadar melakukan berbagai aksi nyata demi menyelamatkan Orangutan," jelas Sano.

Pewarta: Monalisa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016