Jakarta (ANTARA News) - Ilmuwan dari Institut Teknologi Italia (Italian Institute of Technology/IIT) mengembangkan "material pintar" yang mengarah ke pembuatan tubuh robot yang bisa terurai seperti tubuh manusia ketika mereka mencapai akhir masa hidup.

Robot sekarang menjadi makin menyerupai makhluk hidup, tapi apa yang ada di bawah kulit sintetisnya lain cerita. Bagian dalam robot utamanya masih dibuat dari logam dan plastik, bahan yang sulit terurai.

Tapi para peneliti di Italia mengembangkan "material pintar" yang memungkinkan pembuatan robot dari bahan-bahan yang akan terurai ketika masa hidupnya berakhir.

Dengan menggabungkan dua bahan berbeda di tingkat nano, para ilmuwan membuat bahan baru yang melestarikan sifat-sifat komponen individual tapi menampilkan karakter yang tidak akan mungkin secara individual.

"Kami memasukkan bahan dengan teknologi nano. Jadi apa yang kita lakukan selain membuat bahan-bahan komposit baru--material pintar-- kami juga menggunakan mereka untuk mengubah sifat bahan lain. Bahan lain yang sudah ada seperti kertas atau kapas atau busa lainnya; dari busa sintetis seperti polyurethane atau bentuk-bentuk kapas," kata Athanassia Athanassiou, yang memimpin Kelompok Material Pintar di IIT di Genoa.

"Jadi seperti ini, pada semua bahan yang sudah ada kami berikan sifat baru yang tidak dimiliki bahan-bahan ini supaya kami bisa memperluas penggunaannya," tambah dia.

Para peneliti mengatakan "material pintar" mereka pada akhirnya bisa menggantikan plastik konvensional yang dibuat dari minyak bumi, satu bahan bakar fosil yang menyumbang perubahan iklim.

Bioplastik dibuat dari materi tumbuhan, tapi lebih intensif-energi produksinya.

Tim Athanassiou telah mengembangkan satu cara untuk membuat bioplastik dari limbah makanan, berharap bisa mengurangi kebutuhan energi tambahan dengan menggunakan sumber daya yang normalnya dibuang.

Robotik bisa menjadi penerapan penting riset mereka menurut Athanassiou.

"Bahan-bahan yang bisa terurai ini, bahan-bahan alami, mereka sangat fleksibel jadi mereka bisa digunakan untuk kulit robot. Tapi mereka juga bisa sangat keras jadi bisa digunakan untuk bagian-bagian internal robot," kata Athanassiou.

"Dan juga, pada kulit yang fleksibel ini, misalnya kulit robotik, kami bisa memasukkan sensor-sensor supaya mereka punya penginderaan taktil yang dibutuhkan robot, tapi dengan bahan yang bisa terurai," katanya kepada kantor berita Reuters.

Nikos Tsagarakis, pemimpin peneliti proyek robot humanoid di IIT, mengatakan bahwa para ahli pembuat robot harus beralih dari logam untuk membangun robot generasi selanjutnya.

"Isu utamanya adalah sebenarnya sulit melihat bagaimana kau mendapatkan sifat-sifat yang kau inginkan; misalnya menyesuaikan dengan lebih banyak sifat-sifat tubuh manusia. Jadi menggunakan bahan alternatif akan mendapat keuntungan ini--akan membantu kita membuat robot yang lebih ringan, lebih efisien dan, akhirnya, juga bisa didaur ulang," kata Tsagarakis, yang mengembangkan robot humanoid Walk-Man untuk mengoperasikan perangkat manusia dan berinteraksi dengan lingkungan dengan cara yang sama dengan yang dilakukan seseorang.

Robot-robot yang dibuat dari bahan yang bisa terurai akan lebih menyerupai manusia, dan mungkin akan lebih mudah diterima di dunia nyata.

Dan jika robot benar-benar ada di mana-mana, mereka juga perlu lebih mudah dibuang saat akhir masa hidupnya berakhir.

Athanassiou yakin bahan-bahan yang bisa terurai dekat dengan lapisan luar serupa kulit dan dia percaya pada akhirnya seluruh tubuh robot bisa terurai seperti daging dan darah.

"Saya yakin bahwa titik awalnya adalah membuat bagian robot, seperti bagian luar robot misalnya, dengan bahan yang bisa terurai. Tapi dalam waktu beberapa tahun, menurut saya seluruh bagian robot bisa terurai," katanya.

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016