Tokyo (ANTARA News) - Kurs dolar menguat terhadap mata uang negara-negara berkembang di Asia pada Rabu, karena sentimen risiko terpukul oleh kemunduran terbaru di pasar saham regional.

Para investor bergerak keluar dari unit-unit negara berkembang berimbal hasil lebih tinggi dan berisiko, setelah Dana Moneter Internasional (IMF) pada Selasa mengumumkan pihaknya telah memutuskan untuk menurunkan proyeksi pertumbuhan global tahun ini.

Harga minyak mentah AS yang mencapai posisi terendah baru 12-tahun dan munculnya kembali kekhawatiran tentang pelambatan ekonomi Tiongkok, juga menambah suasana semakin suram, meredam selera investor terhadap aset-aset berisiko.

Pergerakan itu telah membebani unit-unit yang terkait komoditas seperti dolar Australia dan ringgit Malaysia, sementara juga mendorong unit-unit negara berkembang seperti won Korea Selatan dan rupiah di Indonesia lebih rendah.

"Penghindaran risiko meningkat di suasana pasar hari ini," Daisuke Karakama, kepala ekonom pasar di Mizuho Bank, mengatakan kepada Bloomberg.

"Penghindaran risiko berasal dari kekhawatiran tentang ekonomi Tiongkok."

Dolar turun menjadi 116,97 yen dari 117,59 yen di New York pada Selasa.

Aksi jual Rabu mengikuti perkembangan lebih positif hari sebelumnya, ketika sentimen menerima dorongan setelah Tiongkok merilis data yang menunjukkan ekonomi terbesar kedua dunia itu tumbuh tahun lalu sesuai dengan harapan.

Angka resmi menunjukkan pertumbuhan PDB Tiongkok datang pada 6,9 persen tahun lalu, masih tingkat terlemah selama seperempat abad dan di bawah 7,3 persen pada 2014.

Namun, kekhawatiran tentang pertumbuhan lebih lambat Tiongkok dan di seluruh dunia muncul kembali setelah IMF memangkas prospek pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,4 persen dari sebelumnya 3,6 persen, mengatakan ada risiko substansial di negara-negara berkembang utama.

Aussie kehilangan 0,58 persen terhadap greenback, sementara ringgit turun 0,29 persen.

Won turun 0,65 persen, rupiah turun 0,37 persen dan dolar Singapura turun 0,1 persen.

Baht Thailand, sementara itu, kehilangan 0,06 persen dan dolar Taiwan melemah 0,2 persen.

Dolar Selandia Baru juga jatuh, kehilangan 0,45 persen, karena

inflasinya datang di tingkat terlemah dalam 16 tahun, memicu spekulasi

otoritas moneter bisa menurunkan suku bunga dari posisi yang sudah di rekor terendah.

Perdagangan euro bervariasi menjelang pertemuan kebijakan Bank Sentral Eropa pada Kamis di Frankfurt, setelah meluncurkan langkah-langkah stimulus baru bulan lalu yang secara luas dianggap sebagai tidak cukup.

Mata uang tunggal menguat terhadap greenback, diambil 1,0951 dolar dari 1,0912 dolar di New York pada Selasa, sementara jatuh menjadi 128,10 yen dari 128,33 yen, demikian AFP melaporkan.

(A026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016