Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau Bulog meraih laba sebelum pajak sebesar Rp1,589 triliun pada 2015 atau senilai 289 persen dari target Revisi Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).

"Pada akhir tahun 2015, perusahaan memperoleh laba sebelum pajak sebesar Rp1,589 triliun atau 298 persen dari target Revisi RKAP yang merupakan hasil dari menyeimbangkan antara layanan dan komersial, layanan tetap berjalan optimal, tapi kami juga dapat untung," kata Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti di Kantor Pusat Bulog, Jakarta, Kamis.

Selain laba sebelum pajak, perusahaan juga mencatatkan laba komprehensif sebesar Rp1,1 triliun, sehingga total capaian laba perusahaan pada tahun 2015 adalah sekitar Rp1,6 triliun.

Djarot menjelaskan, laba hingga triliunan rupiah Bulog ini adalah efek dari berbagai efisiensi, percepatan pembukuan, percepatan arus kas dan berbagai tindakan lainnya.

"Ini berkat beberapa tindakan yang kita lakukan, seperti efisiensi dan percepatan pembukuan, pengumpulan dokumen dan lainnya yang intinya mempercepat cash flow perusahaan dan akhirnya memperbaiki laba rugi," tuturnya.

Di lokasi yang sama, Direktur Keuangan Perum Bulog Irianto Hutagaol menambahkan peningkatan laba ini salah satunya didorong oleh peningkatan pendapatan Bulog dari kegiatan Public Service Obiligation (PSO) hingga sampai 20 persen.

"Secara bisnis kita memiliki dua model, yaitu PSO dan komersial. Dari PSO ada peningkatan pendapatan 20 persen, penjualan dari kegiatan komersial Bulog yang mencapai Rp6,5 triliun di 2015 juga menyumbang laba. Sedangkan untuk sektor komersial, kita bisa menambah market kita dan menyumbang pendapatan signifikan," ucap Irianto.

Terkait dengan kinerja operasional, Djarot mengatakan masih ada kekurangan selama tahun 2015, seperti pengadaan beras yang semula diupayakan optimal pada kuartal II 2015 tapi belum mampu mencapai target dari Revisi RKAP.

"Pengadaan hanya mampu menyerap 3,2 juta ton setara beras atau 73 persen dari target revisi RKAP," kata Djarot.

Realisasi penyaluran Bulog, Djarot melanjutkan, sudah melewati RKAP awal, tapi belum mencapai target revisinya, yaitu sebesar 3,199 juta ton atau 86 persen. Sedangkan pencapaian penjualan kegiatan komersial pada 2015 hanya sebesar 50 persen atau Rp6,5 triliun dari target revisi RKAP.

"Saat ini, Bulog tengah melakukan proses transformasi di segala bidang, baik organisasi, operasional, sumber daya manusia, keuangan, maupun pengawasan, sebagai bentuk upaya peningkatan kinerja hampir di seluruh bidang. Dengan begitu diharapkan Bulog bisa memberikan layanan terbaik dalam menjaga kualitas dan kuantitas dalam program utama beras sejahtera," ujar Djarot menambahkan.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016