Indonesia secara geografis maupun geologi sangat mendukung. Dalam jangka panjang industri pertanian serta makanan dan minuman jadi andalan
Davos, Swiss (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Thomas T Lembong menyatakan, industri pertanian serta makanan dan minuman akan menjadi andalan Indonesia di masa depan, setelah beberapa negara mengalami krisis sumber daya alam, seperti Tiongkok dan India.

Berbicara kepada media nasional di sela pertemuan World Economic Forum (WEF) 2016 di Davos, Swiss, Jumat, dia mengatakan, di Tiongkok lahan pertanian mengalami kekeringan dan tandus akibat pengembangan industri besar-besaran.

Sedangkan di India, tambahnya, kondisi iklim tidak mendukung sehingga dalam kurun waktu puluhan tahun mengalami kekurangan air.

"Dengan kondisi itu India dan Tiongkok tidak cocok lagi untuk industri pertanian serta makanan dan minuman. Asia Tenggara memiliki bumi yang subur, curah hujan tinggi maupun kekayaan air (untuk irigasi), " katanya.

Sementara itu, menurut Mendag, Vietnam saat ini arah pengembangan industrinya lebih mencontoh Tiongkok yakni industri kimia, sedangkan Filipina mendorong ke industri jasa.

Jadi, ujar Lembong, secara komparatif dalam jangka panjang industri pertanian tidak berkembang di Vietnam maupun Filipina.

"Indonesia secara geografis maupun geologi sangat mendukung. Dalam jangka panjang industri pertanian serta makanan dan minuman jadi andalan," katanya.

Namun demikian, ia mengakui, pengembangan industri pertanian maupun makanan dan minuman perlu didukung teknologi, logistik yang bagus, penggilingan maupun gudang penyimpanan yang lebih maju.

Selain itu, tambahnya, perlu infrastruktur irigasi untuk pengairan lahan, dan saat ini menjadi salah satu program pembangunan yang diprioritaskan Presiden Jokowi.

"Saya optimistis dalam waktu 10 tahun ke depan industri pertanian dan mamin (makanan minuman) jadi andalan," katanya.

Mendag menyatakan, salah satu komoditas pertanian yang layak dikembangkan untuk andalan yakni buah-buahan serta komoditas perkebunan.

Dia mengungkapkan, banyak kelapa asal Indonesia yang diambil pedagang Thailand maupun Filipina untuk kemudian diolah menjadi produk industri dan diekspor ke Amerika Serikat sebagai produk mereka.

Sementara itu Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag Nus Nuzulia Ishak mengungkapkan, komoditas pertanian seperti kopi, teh, rempah-rempah, karet dan bahan dari karet menyumbang kenaikan volume ekspor Indonesia 2015.

Secara total, tambahnya, ekspor Indonesia pada 2015 secara nilai mencapai 153,3 miliar dolar AS, sedangkan untuk 2016 ditargetkan meningkat 9,5 persen.

"Dengan asumsi tidak ada masalah, tahun ini ekspor ditargetkan naik 9,5 persen," katanya.

Pewarta: Subagyo
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016