Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo terkejut untuk kemudian mengagumi televisi rakitan Muhammad Kusrin yang ternyata sudah dikerjakan secara profesional dengan produk yang tak kalah dari produk sekelas di pasaran.

Kusrin, perakit televisi asal Karanganyar, Jawa Tengah, yang banyak dibicarakan di media sosial karena usaha kreatifnya merakit televisi dianggap melanggar Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian serta Perubahan Permendagri tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI), hari ini menghadap Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka Jakarta.

Usai pertemuan, Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi yang menghadiri pertemuan itu mengatakan Presiden terkejut dengan televisi rakitan Kusrin.

"Dari sisi profesional sudah jadi standar untuk bisa dikomersilkan. Kardus pun sudah pakai brand," kata Johan.

Dalam pertemuan dengan Presiden, Kusrin menjelaskan tahap-tahap memperoleh izin yang sudah dipenuhinya.

"Sehingga, dikeluarkanlah standar SNI, karena Mas Kusrin sudah memenuhi persyaratan-persyaratan yang diperlukan," sambung Johan.

Atas usaha kreatif Kusrin, Presiden secara pribadi memberikan bantuan tambahan modal.

"Karena melihat effort Mas Kusrin memproduksi barang daur ulang," kata Johan.

Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan sudah menjadi tugas kementeriannya untuk membina pelaku industri sehingga apa yang dilakukan pelaku industri, seperti Kusrin, secara legal dapat dibenarkan dan secara industri sudah layak dipasarkan.

"Ini adalah produk yang dihasilkan oleh Mas Kusrin. Dan SNI yang sudah didapat itu, inilah yang ditunggu oleh Mas Kusrin selama ini," kata Salih sambil menunjukkan televisi rakitan Kusrin.

Dia menggarisbawahi bahwa selama ini Presiden sering memberi perhatian terhadap pengusaha kecil seperti Kusrin.

Ke depan, sambung dia, Kementerian Perindustrian akan membina Kusrin supaya memiliki produk dengan merek sendiri.

"Sehingga nilai jualnya akan lebih meningkat," kata Menperin.

Salih menjelaskan televisi rakitan Kusrin menggunakan bahan dari komputer bekas yang didaur ulang. "Dengan keahlian Mas Kusrin maka dapat menjadi suatu produk yang bernilai tinggi," kata dia.

Ia juga menjelaskan merek dalam kardus televisi yang tertulis Maxreen berasal dari kata Mas Kusrin. "Ini punya remote, punya kartu garansi," kata dia.

Segmen pasar televisi Maxreen ini tidak bersentuhan dengan segmen pasar produk pabrikan.

"Pangsa pasarnya menengah ke bawah, karena dijualnya per unit dengan harga Rp400 ribu sampai Rp500 ribu, dan beliau bisa menjual setiap hari kira-kira hingga 150 unit," kata Salih.


Pewarta: Hanni Sofia Soepardi
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016