Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta, Rabu sore, nyaris tidak bergerak dan hanya menguat tipis 5 poin ke posisi Rp13.880 per dolar AS setelah hari sebelumnya ditutup pada Rp13.885 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah bergerak menguat terhadap dolar AS meski terbatas, pelaku pasar cenderung masih wait and see terhadap hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang sedianya akan dirilis pada Kamis (27/1) waktu setempat," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra.

Ia menambahkan bahwa rilis FOMC itu akan dijadikan petunjuk oleh pelaku pasar uang global, termasuk di dalam negeri. Jika pernyataan bank sentral AS (The Fed) mengacu kepada trend turunnya harga minyak mentah dunia dan gejolak di pasar keuangan.

"Sikap The Fed yang dovish (tetap menjaga dalam level rendah) dapat memberikan tekanan jual lebih lanjut terhadap dolar AS," katanya.

Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa dolar AS cenderung mengalami tekanan menyusul sinyal pemangkasan produksi minyak mentah dunia, situasi itu telah mendorong harga minyak menguat.

"Permintaan terhadap aset berisiko cenderung meningkat setelah adanya sinyal pemangkasan produksi minyak global," katanya.

Ia mengemukakan bahwa pejabat Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan industri Rusia dikabarkan melakukan pembicaraan mengenai kemungkinan melakukan upaya bersama dalam mengatasi berlimpahnya pasokan minyak di pasar.

Sementara menurut kurs tengah Bank Indonesia (BI) hari ini rupiah berada pada Rp13.871 per dolar AS dibandingkan hari sebelumnya (26/1) Rp13.904.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016