Singapura (ANTARA News) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Kamis, setelah persediaan minyak mentah komersial AS naik ke tingkat rekor, memicu kekhawatiran lebih lanjut tentang kelebihan pasokan global.

Harga minyak telah ditutup lebih tinggi selama dua hari perdagangan terakhir, didukung oleh harapan langkah-langkah stimulus di zona euro dan Jepang, tetapi analis mengatakan reli apapun
tidak mungkin didukung karena berlanjutnya kelebihan pasokan.

Departemen Energi AS (DoE) melaporkan pada Rabu bahwa
persediaan minyak mentah komersial negara itu melonjak 8,4 juta barel menjadi 494,9 juta barel dalam minggu yang berakhir 22 Januari, rekor tertinggi.

Peningkatan persediaan biasanya sinyal melemahnya permintaan di negara konsumen minyak utama dunia dan menempatkan tekanan lebih lanjut pada harga di pasar yang telah jenuh.

"Kami tetap sedikit skeptis kenaikan lebih lanjut dengan fundamental lemah saat ini," kata analis Phillip Futures, Daniel Ang, dalam komentar pasar.

Pada pukul 06.15 GMT, patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, telah turun 43 sen atau 1,36 persen pada 31,87 dolar AS per barel.

Sementara, minyak mentah Brent untuk penyerahan Maret turun 35 sen atau 1,06 persen, menjadi diperdagangkan pada 32,75 dolar AS per barel.

Ang mengatakan sedikit melemahnya greenback setelah Federal Reserve AS mempertahankan suku bunga tidak berubah pada Rabu, bisa membatasi penurunan, namun menambahkan dukungan "tidak akan berlangsung lama".

Sementara mempertahankan suku bunga tidak berubah pada pertemuan kebijakan minggu ini, para pembuat kebijakan bank sentral membiarkan pintu terbuka untuk kenaikan lebih lanjut tahun ini meskipun ketidakpastian ekonomi mengguncang pasar.

The Fed menaikkan suku untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade pada Desember.

"The Fed tentu tidak menutup kemungkinan kenaikan suku bunga pada Maret di... pernyataannya," kata Capital Economics dalam sebuah catatan, mengacu pada pertemuan komite berikutnya.

United Overseas Bank Singapura mengatakan mereka memperkirakan The Fed "menaikkan perlahan, kecepatan bertahap tahun ini".

Suku bunga AS yang lebih tinggi akan mendorong dolar naik, membuat minyak yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pemegang unit yang lebih lemah, mengurangi permintaan dan menekan harga.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016