Jakarta (ANTARA News) - Praktisi klinis kesehatan dan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia Jakarta Raya (PAPDI Jaya), Dr Ari Fahrial Syam, mengatakan, antisipasi terhadap penyebaran virus Zika yang mewabah di Amerika Latin serupa dengan pencegahan demam berdarah.

"Pencegahan sama seperti pencegahan infeksi demam berdarah yaitu pemberantasan sarang nyamuk," kata Syam dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Dia memaparkan, panyakit virus Zika sama seperti infeksi virus demam berdarah yaitu penyakit yang bisa ditekan kasusnya jika kita dapat melakukan pemberantasan sarang nyamuk.

Langkah tersebut bisa berupa menemukan jentik dan menyosialisasikan 3 M (Mengubur, Menguras dan Menutup) yang sudah menjadi slogan Kementerian Kesehatan yang diterapkan seperti mengubur barang bekas, menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan Air dan pemberian abate.

Ari juga mengungkapkan, virus Zika merupakan Flavivirus kelompok Arbovirus bagian dari virus RNA yang pertama kali diisolasi pada 1948 dari monyet di Hutan Zika Uganda, jadi Zika sendiri merupakan nama hutan tempat di mana virus ini berhasil diisolasi.

Ia mengemukakan, penularan virus Zika sama seperti virus demam berdarah yaitu oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang menjadi pembawa virus Dengue yang menyebabkan penyakit demam berdarah Dengue.

"Infeksi demam berdarah Dengue sendiri saat ini jumlah kasusnya meningkat di Indonesia yang memang sering terjadi pada musim hujan. Seperti kita ketahui bahwa selain menjadi vektor atau pembawa virus Dengue dan virus Zika, nyamuk ini juga membawa virus Chikungunya," jelasnya.

Di tempat terpisah, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, mengatakan, pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar RI di Brasilia senantiasa memantau perkembangan virus Zika di Brasil.

"Kami memantau dari dekat perkembangannya dan hingga saat ini belum ada laporan WNI kita yang menjadi korban," kata Nasir, di Pejambon, Jakarta, Kamis.

Menurut dia, hingga kini pemerintah juga belum mengeluarkan himbauan apapun terkait perjalanan ke luar negeri, terutama ke Brasil dan negara-negara Amerika Selatan lainnya. "Laporan dari KBRI nantinya akan menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan langkah selanjutnya," katanya.

Virus tersebut dikaitkan dengan kerusakan otak ribuan bayi di Brazil. Belum ada vaksin ataupun pengobatan untuk Zika, yang masih merupakan kerabat dekat penyakit demam berdarah dan chikungunya yang menimbulkan demam serta ruam kulit.

Pada Senin, Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa virus itu akan menyebar ke semua negara di seluruh Amerika kecuali Kanada dan Chile.

Dalam laporan WHO disebutkan bahwa penyakit tersebut menyebar dengan cepat hingga ke-21 negara dan wilayah di kawasan itu sejak Mei 2015 karena rendahnya kekebalan tubuh di antara warga terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus Zika.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016