Bulan pertama tahun 2016 angka kriminalitas pembunuhan tergolong tinggi, ada 34 orang tewas dibunuh di Indonesia, terdiri dari 22 lelaki, tujuh wanita, dan lima polisi juga tewas dibunuh
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia Police Watch (IPW) mencatat ada 34 orang tewas akibat pembunuhan selama Januari 2016.

"Bulan pertama tahun 2016 angka kriminalitas pembunuhan tergolong tinggi, ada 34 orang tewas dibunuh di Indonesia, terdiri dari 22 lelaki, tujuh wanita, dan lima polisi juga tewas dibunuh," kata Ketua Presidium IPW Neta S. Pane, di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan korban pertama, Widodo (20), yang tewas pada 1 Januari 2016 dengan luka di wajah dan sekujur tubuh. Korban diduga dianiaya oknum aparat di Kawiase, Desa Gemba, Seram, Maluku. Sementara korban tewas terakhir pada Januari 2016 adalah Monang Hutabarat yang tewas dalam bentrokan antar OKP di Medan pada 31 Januari 2016.

Indonesia Police Watch (IPW) mendata, angka pembunuhan bulan ini jauh lebih tinggi dibanding Januari 2015, yang hanya ada tiga korban tewas akibat dibunuh, ketiganya berjenis kelamin perempuan.

"Dua dibunuh perampok di rumahnya dan satu dibunuh suaminya. Sedangkan di Januari 2016 lelaki yang paling banyak jadi korban pembunuhan dibanding wanita. Wilayah paling rawan bagi lelaki adalah wilayah hukum Polda Metro Jaya. Disini ada sembilan lelaki yang terbunuh. Sedangkan wilayah yang paling rawan bagi perempuan adalah Jatim. Di wilayah ini ada tiga perempuan dibunuh selama Januari 2016," jelasnya.

Neta menyebut daerah rawan lainnya bagi lelaki adalah Bengkulu (4 lelaki dibunuh), NTT (dua lelaki dibunuh), selanjutnya Jatim, Maluku, Sulteng, Jabar, Malut, dan NTB masing-masing tercatat satu orang tewas.

Pihaknya mencatat dari 22 pria tewas, ada sebanyak 18 pria dibunuh dengan senjata tajam dan tiga ditembak. Mereka tewas di jalanan sebanyak 17 orang, dua di rumah, satu di kampus dan satu di sekolah.

"Artinya, kawasan lembaga pendidikan pun tak aman bagi para lelaki," ujarnya.

Para pelaku pembunuhan itu, lima orang tewas dikeroyok massa, lima dibunuh penjahat (begal), empat dibunuh orang dekat, satu dibunuh oknum polisi, satu oleh oknum TNI dan empat dibunuh orang tak dikenal (OTK).

Sedangkan tujuh wanita yang dibunuh sepanjang Januari 2016, enam dibantai dengan senjata tajam dan satu diracun. Tiga dibunuh di rumah, tiga dibunuh di jalanan dan satu di kafe. Pelakunya tiga orang dekat, dua penjahat, dan dua OTK.

Menurut Neta, data ini menunjukkan orang dekat ternyata masih menjadi predator bagi para wanita. "Wilayah paling rawan bagi wanita di Januari 2016 adalah Jatim (3 wanita tewas). Lalu Metro, Jabar, Sumut, dan Sumsel masing-masing satu," imbuhnya.

Data Januari 2016 ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar korban tewas dibunuh di jalanan oleh pelaku kejahatan. Untuk itu, ujar Neta, Polri perlu meningkatkan patroli di daerah-daerah rawan maupun kawasan strategis serta mengaktifkan call center kepolisian secara maksimal sehingga berbagai aksi kejahatan, terutama yang memakan korban jiwa bisa diantisipasi.

"Meningkatnya angka pengangguran dan banyaknya PHK serta sulitnya perekonomian masyarakat kelas bawah dikhawatirkan memicu tingginya angka kriminalitas yang membawa korban jiwa. Sepertinya Polri perlu bekerja lebih keras lagi untuk menekan angka kematian akibat kejahatan ini di masa mendatang," pungkasnya.

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016