Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah duta besar negara-negara untuk Indonesia menyarankan Indonesia mempercepat peralihan penggunaan energi fosil ke energi bersih untuk mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) 29 persen di 2020-2030.

"Persoalan perubahan iklim sangat kompleks tapi di sisi lain mudah, karena hasil (COP) Paris menyuruh kita berhenti melakukan hal kotor, stop membakar batu bara, energi baru terbarukan perlu dikembangkan," kata Duta Besar Norwegia untuk Indonesia Stig Traavik di Jakarta, Selasa.

Melalui riset dan pengembangan, menurut Dubes Stig Traavik, sangat banyak yang harus dilakukan untuk mengembangkan energi baru terbarukan di Indonesia.

Sedangkan Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia Robert O Blake mengatakan harapannya kesepakatan penurunan emisi lebih ambisius, dan kuncinya perlu ada kebijakan permanen untuk penurunan emisi.

Target bauran penggunaan energi baru terbarukan yang ditetapkan Pemerintahan Joko Widodo sebesar 23 persen di 2025 perlu ditekankan.

AS, menurut dia, menempatkan asistensi perubahan iklim untuk pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia melalui janji yang diberikan ke Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Inovasi, katanya, sangat berperan dalam pengembangan energi bersih baru terbarukan.

"Di (COP 21) Paris, Presiden Jokowi dan Presiden Obama ikut dalam komitmen publik, swasta, dan pemerintah untuk menaikkan penelitian dan pengembangan di beberapa tahun ke depan untuk energi baru terbarukan".

AS, menurut dia, juga melakukan upaya penurunan emisi, beberapa di antaranya dengan mengurangi hydrofluorocarbon (HFC) yang bersifat sangat merusak, selain dengan menurunkan tingkat konsumsi bahan bakar per kilometer dan pengurangan batu bara untuk pembangkit listrik.

Sementara itu, Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Moazzam Malik mengatakan pilihan Indonesia untuk mencukupi kebutuhan energinya dalam dua hingga lima tahun ke depan sangat kritis.

Indonesia diperkirakan masuk 15 besar negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Asia dan pertumbuhan kebutuhan energinya 15 persen per tahun. Jika Indonesia akhirnya harus menggunakan batu bara maka, menurut dia, harus diolah dengan pembangkit listrik batu bara modern.

Senada dengan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN Georg Wiischel mengatakan Indonesia butuh untuk tumbuh. Artinya butuh industri, listrik, transportasi.

"Saya khawatir dengan penggunaan pembangkit yang mengeluarkan gas buang berbahaya untuk memperoleh energi, jadi perlu pembangkit listrik modern yang lebih bersih. Jika kasusnya batu bara menjadi tulang punggung energi listrik Indonesia, maka harus ada pembangkit next generation yang bersih," ujar dia.

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016