Singapura (ANTARA News) - Harga minyak dunia memperpanjang kerugian di perdagangan Asia, Selasa, akibat data ekonomi lemah dari konsumen utama Tiongkok dan realisasi harapan kesepakatan antara produsen untuk memangkas produksi mereka tidak akan terjadi.

Harga didorong naik akhir bulan lalu oleh spekulasi bahwa Rusia dan anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan mencapai kesepakatan untuk memangkas produksi mereka dalam upaya mengurangi kelebihan pasokan di pasar.

Momentum kenaikan itu menemui halangan setelah pedagang menjadi semakin skeptis tentang kesepakatan tersebut.

Berita bahwa aktivitas manufaktur di Tiongkok mengalami kontraksi dengan laju tercepat dalam lebih dari tiga tahun pada Januari lebih lanjut menekan sentimen.

Harga terus menurun di sore hari, dan pada pukul 06.30 GMT, patokan AS minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, turun 63 sen atau 1,99 persen menjadi 30,99 dolar AS per barel.

Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman April merosot 64 sen, atau 1,87 persen, menjadi diperdagangkan pada 33,60 dolar AS per barel.

Kenaikan harga minyak akhir bulan lalu "didasarkan pada fundamental yang goyah, yaitu berharap bahwa Rusia dan OPEC setuju untuk memotong produksi", Capital Economics mengatakan dalam sebuah komentar pasar.

"Kami ragu akan ada kesepakatan terkoordinasi meskipun pasar tetap kelebihan pasokan. Sementara itu, persediaan AS pada minyak mentah dan bensin terus bertambah selama satu bulan terakhir. Bahkan, stok minyak mentah AS sekarang pada rekor tertinggi."

Minyak telah kehilangan nilainya sekitar 70 persen sejak Juni 2014 karena persediaan menumpuk dan permintaan terpukul oleh pelambatan ekonomi global yang dipimpin Tiongkok, ekonomi terbesar kedua di dunia.

Data pemerintah pada Senin menunjukkan Indeks Pembelian Manajer (PMI) manufaktur Tiongkok, yang melacak aktivitas di pabrik-pabrik dan bengkel kerja, jatuh ke 49,4, angka terendah sejak 49,2 pada Agustus 2012, dan di bawah ekspektasi pasar.

Angka PMI di atas 50 sinyal aktivitas mengalami ekspansi, sementara berapa pun di bawah itu menunjukkan penyusutan.

"Pertumbuhan ekonomi global tetap lesu pada awal tahun ini," kata Bank Belanda ABN-AMRO dalam sebuah catatan.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016