Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian memacu industri farmasi nasional untuk membidik pasar ASEAN yang jumlahnya mencapai 650 juta jiwa.

"Industri farmasi untuk produk hilir kita sudah maju. 650 juta jiwa pasar ASEAN bisa menjadi peluang pasar industri farmasi," kata Dirjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian Harjanto kepada Antaranews di Jakarta, Selasa.

Untuk itu, lanjut Harjanto, pemerintah tengah mempersiapkan berbagai kebijakan untuk mendukung investasi bidang industri farmasi di Indonesia.

Selain peta jalan industri farmasi yang sedang digodok di bawah Kementerian Kesehatan, pemerintah juga sedang mempersiapkan deregulasi kebijakan investasi bidang obat-obatan.

Salah satunya adalah pemberian insentif fiskal berupa tax allowance dan tax holiday kepada para investor yang menanamkan modalnya di Indonesia.

Disamping itu, Harjanto menuturkan, yang tidak kalah penting adalah kebijakan mempermudah izin produksi dan izin edar produk farmasi yang dinilai masih banyak kendala.

"Kemudahan dalam perizinan untuk memproduksi masih banyak kendala, itu penting. Dan itu ketentuannya bukan di Kemenperin," ujar Harjanto.

Saat ini, terdapat 170 industri farmasi yang beroperasi di Indonesia, di mana mayoritas dari mereka memproduksi obat-obatan yang siap edar.

Sebagai informasi, industri kimia, farmasi dan obat tradisional menjadi salah satu pendorong pertumbuhan industri nasional, di mana angka pertumbuhannya mencapai 10,21 persen pada triwulan III/2015.

Angka tersebut melejit dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama Tahun 2014 senilai 1,12 persen.

Adapun pertumbuhan tertinggi terjadi pada 2012, di mana angkanya mencapai 12,78 persen hingga akhir tahun.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016