Mata uang rupiah mengalami koreksi terhadap dolar AS sejalan dengan mayoritas kurs di kawasan Asia
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Rabu pagi bergerak melemah sebesar 44 poin menjadi Rp13.705 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.661 per dolar AS.

"Mata uang rupiah mengalami koreksi terhadap dolar AS sejalan dengan mayoritas kurs di kawasan Asia," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, kembalinya tren pelemahan harga minyak mentah menjadi isu utama selain data ekonomi yang kurang baik dari Tiongkok dan sejumlah negara maju lainnya seperti Amerika Serikat.

Harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Rabu (3/2) pagi ini, terpantau berada di level 29,58 dolar AS per barel, melemah 1,00 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 32,44 dolar AS per barel, turun 0,86 persen.

Kendati demikian, lanjut dia, pelemahan mata uang rupiah dapat terbatas dikarenakan terbantu oleh aliran dana asing yang cenderung masuk ke instrumen keuangan berbasis suku bunga seperti surat utang atau obligasi yang masih menjadi incaran.

"Isu pertumbuhan domestik menjadi fokus pasar, produk domestik bruto (PDB) sedianya akan diumumkan pada 5 Februari 2016 dan diperkirakan membaik," katanya.

Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa pelaku pasar uang cenderung memburu aset aman seperti obligasi pemerintah pada di tengah harga minyak yang kembali terkoreksi.

"Mengawali perdagangan di bulan Februari ini investor terlihat berhati-hati, harga minyak yang turun serta data manufaktur Eropa, Amerika Serikat, dan juga Tiongkok yang melambat. Instrumen obligasi dinilai aman dalam menjaga nilai aset," katanya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016